- MSCI Eurozone: 345
- FTSE 100: 9.000
- TOPIX Jepang: 3.000
- MSCI EM (Emerging Markets): 1.250
Prediksi Pasar Saham 2025 dari JP Morgan, Investor Wajib Tahu

- S&P 500 diperkirakan turun ke level 6.000.
- Risiko resesi 40 persen.
- Emas naik, harga minyak turun.
JP Morgan baru saja merilis laporan prediksi pasar saham pertengahan tahun 2025. Laporan ini menjadi perhatian investor global karena berisi gambaran arah ekonomi hingga akhir tahun. Secara umum, proyeksi pertumbuhan dinilai akan melambat, dengan potensi penurunan kinerja pasar saham serta kemungkinan besar terjadinya resesi sebelum tutup tahun.
Prediksi ini mencerminkan kondisi ekonomi dunia yang masih dibayangi ketidakpastian, mulai dari suku bunga tinggi, kebijakan tarif perdagangan internasional, hingga inflasi yang sulit ditekan. Semua faktor tersebut berpotensi memengaruhi strategi investasi baik di pasar saham, komoditas, maupun obligasi.
Dilansir GOBankingRates, berikut rangkuman lengkap prediksi pasar saham, pergerakan harga komoditas, hingga outlook obligasi dari J.P. Morgan untuk sisa tahun 2025.
1. S&P 500 diperkirakan turun ke level 6.000

Pada Agustus 2025, indeks S&P 500 berada di sekitar 6.400. Namun, J.P. Morgan memperkirakan indeks tersebut akan turun ke kisaran 6.000 pada akhir tahun, atau setara dengan penurunan sekitar 6%.
Prediksi ini didasarkan pada ketidakpastian politik, terutama terkait tarif perdagangan serta dampak inflasi terhadap ekonomi AS. Suku bunga tinggi dan kebijakan tarif diperkirakan terus menekan laju pertumbuhan bisnis.
Selain S&P 500, berikut perkiraan indeks pasar saham global pada Desember 2025:
2. Risiko resesi 40 persen

JP Morgan memprediksi ada 40 Persen kemungkinan resesi terjadi di Amerika Serikat pada akhir 2025. Angka ini menurun dari proyeksi sebelumnya sebesar 60 persen, namun tetap menjadi ancaman serius bagi investor.
Ketidakpastian ekonomi global akibat tarif perdagangan dan sikap The Fed yang masih mempertahankan suku bunga tinggi dinilai menjadi pemicu utama. JP Morgan juga memperkirakan inflasi akan tetap tinggi dalam beberapa bulan ke depan, yang bisa menekan daya beli masyarakat serta memicu resesi.
Jika resesi benar terjadi, harga saham diperkirakan akan tertekan signifikan
3. Emas naik, harga minyak turun

Di pasar komoditas, harga emas diprediksi terus naik, sementara harga minyak berpotensi turun.
Lonjakan pasokan minyak menjadi faktor utama penurunan harga. Sejak Februari 2025, persediaan minyak global bertambah sekitar 240 juta barel, sehingga memperbesar pasokan dan menekan harga ke kisaran 60-an dolar AS per barel.
Sebaliknya, harga emas terdorong oleh ketidakpastian politik global, tensi geopolitik, serta volatilitas pasar. Natasha Kaneva, Kepala Strategi Komoditas Global JP Morgan, menyebut emas sebagai instrumen lindung nilai terbaik untuk menghadapi kombinasi risiko seperti stagflasi, resesi, pelemahan mata uang, hingga kebijakan AS.
Tercatat, harga emas telah naik lebih dari 25 persen sepanjang 2025, menjadi kabar baik bagi investor yang telah mengalokasikan portofolionya pada logam mulia.
4. Imbal hasil obligasi tetap tinggi

JP Morgan juga memprediksi imbal hasil obligasi akan tetap tinggi, seiring sikap tegas Federal Reserve mempertahankan suku bunga. Spread obligasi diperkirakan melebar, dengan potensi imbal hasil tahunan di kisaran 5 persen hingga 6 persen.
Kondisi ini memberikan peluang menarik bagi investor pendapatan tetap. Setelah beberapa tahun harga obligasi cenderung menurun, kini baik obligasi jangka pendek maupun jangka panjang kembali menawarkan imbal hasil yang stabil dan relatif aman.
Prediksi pasar saham 2025 dari JP Morgan menunjukkan tahun yang penuh tantangan bagi investor. Indeks saham utama diperkirakan melemah, risiko resesi masih cukup besar, sementara harga emas berpotensi naik dan minyak cenderung turun.
Bagi investor, strategi diversifikasi aset menjadi semakin penting. Menggabungkan saham, obligasi, serta aset lindung nilai seperti emas dapat menjadi langkah bijak untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global sepanjang sisa tahun 2025.