Pemerintah Diminta Gaspol Kejar Target Investasi Rp1.650 Triliun

Jakarta, IDN Times - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah kerja lebih keras untuk dapat merealisasikan target investasi tahun ini sebesar Rp1.650 triliun. Target investasi ini pun lebih tinggi 16,28 persen dibandingkan realisasi investasi pada 2023 sebesar Rp1.418,9 triliun.
Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, pemerintah menetapkan target dengan latar belakang masih memiliki ruang gerak dalam menciptakan pendekatan dan inovasi yang dibutuhkan untuk menarik investasi pada tingkat tersebut.
"Penetapan target ini tentu positif untuk memicu kinerja pemerintah agar tetap optimal menarik investasi di tahun ini apa pun kondisinya. Kami pun men-support dan mau bekerjasama merealisasikan target tersebut," jelas Shinta, Sabtu (27/1/2024).
1. Transisi presiden pengaruhi minat investor
Shinta menilai target investasi ini hanya bisa dicapai dengan kerja keras untuk meningkatkan kepastian, predictability, dan daya saing iklim usaha di Indonesia sepanjang tahun.
"Mengapa? Karena faktor-faktor internal maupun eksternal yang berperan menentukan arus investasi tahun ini diproyeksikan lemah atau tidak cukup supportif," jelasnya.
Menurutnya, investor tengah dibayangi oleh ketidakpastian yang tinggi dikarenakan masa transisi kepemimpinan yang akan diselenggarakan pada Februari mendatang. Kondisi ini pun, dinilai Shinta, akan memberikan risiko yang cukup besar terhadap berbagai kebijakan.
"Ada risiko yang cukup besar bahwa kebijakan-kebijakan ekonomi penentu iklim usaha atau investasi di berbagai sektor ekonomi nasional bisa berubah atau mempengaruhi perhitungan risiko dan peluang usaha. Indonesia juga selama ini memiliki masalah besar dalam menciptakan konsistensi implementasi kebijakan dan banyak kebijakan atau program ekonomi yg implementasinya tergantung diskresi pimpinan politik," ungkap Shinta.
2. Faktor eksternal ikut pengaruhi aliran FDI
Di sisi eksternal, kata Shinta, arus investasi langsung atau foreign direct investment global ke negara berkembang diperkirakan masih akan kontraksi karena negara-negara sumber FDI global diproyeksikan masih akan mengalami perlambatan pertumbuhan.
"Mengalami monetary tightening yang berkaitan dengan suku bunga tinggi dan pengetatan kredit karena kebutuhan untuk mengendalikan inflasi di negara masing-masing," jelasnya.
Tak hanya itu, ada pula faktor meningkatnya tekanan geopolitik sehingga tingkat risiko investasi dan ketidakpastian pada iklim usaha global cenderung tinggi. Kondisi ini pun mendorong investor global lebih tertarik untuk berinvestasi di negara-negara yang memiliki rating investasi yang sangat baik, dengan rating A ke atas, untuk mengurangi risiko investasi.
"Apalagi, kondisi geopolitics dan uncertainty global tersebut juga menciptakan tekanan-tekanan eksternal terhadap parameter makroekonomi Indonesia (seperti nilai tukar, suku bunga, inflasi). Ini turut mempengaruhi daya saing investasi di Indonesia dan kondisi yang tidak favourable untuk pertumbuhan arus investasi yang tinggi di Indonesia," tegasnya.
3. Realisasi investasi 2023 didominasi oleh investor asing
Realisasi investasi di Indonesia pada Januari-Desember 2023, mencapai Rp1.418,9 triliun atau melebihi target dalam rencana strategis (Renstra) yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi.
Target investasi yang ditetapkan Renstra sebesar Rp1.099,8 triliun, sehingga capaian ini meningkat 129 persen, begitu pula dengan target yang ditetapkan presiden sebesar Rp1.400 triliun.
“Alhamdulillah, Januari sampai Desember sebesar Rp1.418,9 triliun, tumbuh 17,5 persen (dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya). Capaian kita 101,3 persen dari target Rp1.400 triliun,” kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers, Rabu (24/1/2024).
Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp744,0 triliun, yang merupakan 52,4 persen dari total investasi. Denagn demikian, terjadi pertumbuhan sebesar 13,7 persen jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya (year on year/yoy).
Sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp674,9 triliun, menyumbang 47,6 persen dari total investasi atau terjadi pertumbuhan sebesar 22,1 persen (yoy).