Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Rusia (unsplash.com/Egor Filin)
Bendera Rusia (unsplash.com/Egor Filin)

Intinya sih...

  • Pendapatan minyak dan gas Rusia turun 24,5% di September 2025

  • Harga minyak mentah global rendah dan penguatan rubel mempengaruhi pendapatan

  • Anggaran negara terbebani oleh penurunan pendapatan sementara pembiayaan perang di Ukraina tetap tinggi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Tercatat penurunan signifikan dalam pendapatan minyak Rusia yang disalurkan ke anggaran negara pada September 2025 dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini dipicu oleh anjloknya harga minyak mentah global serta penguatan nilai tukar rubel Rusia.

Tekanan keuangan akibat merosotnya pendapatan sektor minyak dan gas (migas0 semakin membebani kas negara Rusia. Kondisi ini menjadi lebih berat karena pengeluaran besar yang terus dilakukan untuk membiayai operasi militer di Ukraina, yang telah memasuki tahun keempat.

1. Penurunan pendapatan minyak negara di September 2025

ilustrasi kilang minyak (pixabay.com/SatyaPrem)

Pendapatan dari sektor minyak dan gas yang masuk ke anggaran federal Rusia pada September 2025 mencapai 582,5 miliar rubel (Rp117,3 triliun), turun sekitar 24,5 persen dibandingkan September 2024. Data ini dirilis oleh Kementerian Keuangan Rusia pada Kamis (2/10/2025).

"Penurunan ini muncul sebagai akibat dari harga minyak mentah global yang lebih rendah serta penguatan rubel yang mengurangi nilai pendapatan ekspor," menurut laporan tersebut.

Secara kumulatif, pendapatan minyak dan gas selama sembilan bulan pertama tahun ini turun 20,6 persen menjadi 6,61 triliun rubel (Rp1,3 kuadriliun), menurunkan kontribusi sektor ini terhadap anggaran ke level terendah sejak pandemi 2020.

2. Dampak harga minyak dan nilai tukar rubel pada pendapatan

Analis Reuters mengkalkulasi bahwa harga rata-rata minyak Urals yang menjadi acuan dalam perhitungan pendapatan Rusia bulan Agustus 2025 berada di angka 57,55 dolar AS (Rp953,3 ribu) per barel, turun signifikan dari tahun sebelumnya. Penguatan rubel terhadap dolar juga mempersempit pendapatan valuta asing yang masuk ke anggaran.

"Penguatan mata uang lokal membuat pendapatan dalam rubel sulit meningkat meskipun volume ekspor masih stabil," ujar ekonom Rusia Oleh Pendzin, dilansir The Moscow Times.

Kondisi ini diperparah oleh subsidi pemerintah yang lebih sedikit untuk kilang minyak domestik, yang berpengaruh pada perhitungan penerimaan pajak dan ekspor.

3. Tekanan fiskal di tengah kebutuhan pembiayaan perang

Ilustrasi anggaran (Sumber Gemini)

Kementerian Keuangan Rusia mengungkap tantangan besar yang dihadapi anggaran negara karena berkurangnya pendapatan minyak dan gas. Dengan anggaran pertahanan yang masih tinggi, sekitar 13,5 triliun rubel (Rp2,7 kuadriliun) dialokasikan untuk pembiayaan perang di Ukraina tahun ini, pemerintah terpaksa memangkas alokasi lain dan menaikkan pajak, termasuk usulan menaikkan PPN dari 20 persen menjadi 22 persen.

"Semua langkah ini diperlukan agar anggaran bisa menutupi defisit yang melebar akibat menurunnya pendapatan sumber minyak dan gas," ungkap pejabat keuangan negara.

Kondisi ini juga memaksa pengurangan belanja militer sebesar 4,4 persen di 2026 meski total belanja untuk perang tetap besar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team