Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia Akan Naikkan PPN untuk Cegah Defisit Anggaran

Bendera Rusia. (pixabay.com/fotiniya)
Bendera Rusia. (pixabay.com/fotiniya)
Intinya sih...
  • Kenaikan PPN hingga 22% akan tambahkan pendapatan negara sebesar 1,3 triliun ruble per tahun
  • Rencana kenaikan PPN dikhawatirkan akan tingkatkan inflasi Rusia hingga 1,5% pada tahun depan
  • Rusia menerapkan kuota pembelian BBM untuk mengatasi kelangkaan, dengan harga naik hingga 40-50%
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Keuangan (Kemlu) Rusia mengumumkan rencana untuk menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) dari awalnya 20 persen menjadi 22 persen mulai 2026. Langkah ini untuk mencegah defisit anggaran imbas perang di Ukraina.  

Pekan lalu, Presiden Rusia, Vladimir Putin sudah menyatakan akan menaikkan pajak barang mewah dan dividen saham yang didapat oleh orang kaya. Kebijakan ini diusulkan imbas berkurangnya pendapatan dari sektor minyak dan gas (migas) Rusia. 

1. Kenaikan PPN akan tingkatkan pendapatan negara secara signifikan

Bendera Rusia. (pixabay.com/michel_van_der_vegt)
Bendera Rusia. (pixabay.com/michel_van_der_vegt)

Kemlu Rusia mengungkapkan, kenaikan PPN hingga 22 persen ini didorong pelemahan Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia menjadi 1 persen pada 2025. Diperkirakan kenaikan ini akan menambah pendapatan hingga 1,3 triliun ruble (Rp259,9 triliun) per tahun, dikutip dari The Moscow Times

Meskipun demikian, pemerintah Rusia menyebut konsumen tidak akan terdampak besar oleh kenaikan PPn tersebut. Sebab akan ada pengurangan PPn menjadi 10 persen pada sejumlah produk pokok, seperti roti, olahan susu, obat-obatan, daging sapi, dan produk anak-anak. 

Kenaikan ini didorong defisit anggaran Rusia yang mencapai 4,88 triliun ruble (Rp976 triliun) antara Januari hingga Juli. Pengeluaran tersebut sudah melebihi target pengeluaran tahunan dari pemerintah Rusia. 

2. Dikhawatirkan akan tingkatkan inflasi Rusia

suasana di St. Petersburg, Rusia (unsplash.com/javiersj)
suasana di St. Petersburg, Rusia (unsplash.com/javiersj)

Kepala ekonom dari Yet T-Investment, Sofia Donets mengatakan, dampak dari rencana kenaikan PPN ini adalah lonjakan inflasi yang mencapai 1,5 persen pada tahun depan. Perusahaan kemungkinan akan menyesuaikan harga untuk mempertahankan marjin 

“Dengan standar kami, kami menggunakan angka yang tinggi, sehingga 1,5 persen tidak terlalu tinggi. Mengingat bahwa PPN ini awalnya ditetapkan lewat harga-harga. Ini akan menurunkan daya beli konsumen, kami berharap pada kuartal II 2026,” ujarnya. 

Sebagai informasi, inflasi tahunan Rusia pada awal September 2026 sudah menembus 8,2 persen. Angka ini lebih dari dua kali lipat dari target Bank Sentral Rusia yang hanya 4 persen. 

3. Rusia terapkan kuota untuk atas kelangkaan BBM

Rusia menerapkan kuota pembelian bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah wilayah untuk mengatasi kelangkaan BBM. Warga hanya diperbolehkan untuk membatasi pembelian sebesar 10-20 liter untuk setiap pembelian. 

“Kebijakan ini harus membantu rantai pembelian di tengah masa-masa sulit imbas kelangkaan BBM. Ini untuk mencegah sementara kelangkaan BBM di sejumlah pom bensin dan sudah diterapkan di beberapa pom bensin kecil di Rusia,” ungkap Presiden Independent Fuel Union (NTS), Pavel Bazhenov.

Sementara itu, harga BBM di Rusia mengalami kenaikan hingga 40-50 persen imbas kelangkaan BBM. Pemerintah sudah menyuruh perusahaan minyak untuk mengaktifkan kapasitas cadangan untuk mengatasi kelangkaan BBM. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Bos Jasa Marga Minta Maaf Imbas Kemacetan Parah, Janji Tak Terulang

25 Sep 2025, 18:43 WIBBusiness