Ilustrasi marketing (Pixabay.com/wynpnt)
Lewat penjelasan di atas, perbedaan B2C dan B2B sudah cukup jelas. Namun demikian, perbedaannya tidak hanya cukup sampai disitu.
Apa saja itu?
1. Target audiens atau pasar
Baik B2B maupun B2C memiliki target pasar yang berbeda. B2B menyasar para pelaku bisnis sedangkan B2C kepada konsumen perorangan atau grup.
Perlu dipahami juga bahwa pasar B2B cenderung kecil dibanding B2C. Sebab, jumlah pengusaha atau produsen tidak lebih besar dibanding konsumen perorangan.
2. Jumlah pembelian dan harga
Dalam marketing, siapa yang membeli ikut mempengaruhi jumlah barang yang dibeli berikut juga harganya. Untuk B2B misalnya, tidak perlu menjual barang dalam jumlah besar untuk mendapatkan omzet tinggi. Karena pada dasarnya, harga per unit pada model B2B sudah sangat tinggi.
Lain halnya dengan B2C. Model satu ini mengharuskan kamu menjual produk dalam jumlah besar untuk memaksimalkan omzet. Apalagi, tidak banyak konsumen perorangan yang membeli dalam jumlah besar.
3. Motivasi
Bemaksimalkan keuntungan, efisiensi pekerjaan, dan investasi ─ setidaknya itulah motivasi yang dimiliki pembeli B2B. Klien membeli barang bukan untuk memenuhi kebutuhan emosional. Justru sebaliknya, pertimbangan logis lah yang mendominasi alasan pembeli produk B2B.
Sementara motivasi pembeli barang-barang B2C sangatlah beragam. Bisa jadi konsumen membeli karena ingin mencoba produk baru, memanfaatkan promo, menyukai produknya atau mungkin untuk diberikan sebagai hadiah.
4. Pembuatan keputusan
Dalam bisnis B2B, klien bisnis mereka adalah klien bisnis yang logis. Mereka perlu mempertimbangkan banyak hal serta keuntungan jangka panjang sebelum membeli produk. Maka tak jarang, ada banyak pihak yang dimintai pertimbangan.
Lain halnya dengan pembeli produk B2C. Karena pembelinya adalah perorangan, maka keputusan hanya ada di individu itu sendiri. Jikalau ada pertimbangan lain, biasanya tidak sesulit dengan pembuatan keputusan di bisnis B2B.
5. Hubungan penjual dan pembeli
Praktik bisnis B2B dan B2C memiliki hubungan antara penjual dan pembeli yang berbeda. Sifat kontras ini sedikit banyak dipengaruhi oleh motivasi dan proses pembuatan keputusan.
B2B, misalnya. Proses yang panjang dan rumit membuat klien B2B bisnis cenderung menjalin hubungan jangka panjang dengan supplier-nya. Sekali klien merasa puas dan cocok dengan kualitas produk serta pelayanan, klien B2B kemungkinan akan terus memakai supplier tersebut.
Lain halnya dengan B2C. Hubungan mereka cenderung berlangsung dalam waktu singkat, lantaran dipengaruhi motivasi personal dan pengambilan keputusan yang cepat.
Selain itu, produk-produk yang ditawarkan juga sangat bervariasi di pasaran. Persoalan hubungan penjual dan pembeli di model bisnis B2C pun menjadi tatangan tersendiri.