Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi cryptocurrency (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi cryptocurrency (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya sih...

  • Bitcoin mengalami penurunan harga signifikan menjelang penutupan kuartal pertama 2025, akibat aksi ambil untung investor jangka panjang.
  • Pasar derivatif Bitcoin juga mengalami penurunan minat, ditandai dengan turunnya Open Interest Bitcoin dari Desember 2024 hingga Maret 2025.
  • Kondisi ekonomi global dan perubahan regulasi kripto di berbagai negara juga memengaruhi prospek harga Bitcoin di kuartal kedua 2025.

Menjelang penutupan kuartal pertama 2025, Bitcoin (BTC) menghadapi tantangan berat dalam mempertahankan momentumnya. Setelah mencapai rekor tertinggi di 109,225 dolar pada Januari, harga BTC turun hingga mendekati 76,700 dolar pada Maret.

Apa yang menyebabkan penurunan ini, dan bagaimana prospek ke depan?

1. Aksi ambil untung membebani pasar

Ilustrasi melihat layar komputer atau ponsel dengan aplikasi investasi terbuka (pixabay.com/id/users/sergeitokmakov-3426571/)

Setelah lonjakan harga besar pada awal tahun, banyak investor jangka panjang mulai menjual Bitcoin mereka untuk merealisasikan keuntungan. Data menunjukkan bahwa peningkatan arus masuk BTC ke bursa kripto menandakan tekanan jual yang tinggi. Semakin banyak BTC yang masuk ke bursa, semakin besar kemungkinan aksi jual besar-besaran, yang bisa menekan harga lebih lanjut.

Di sisi lain, tekanan jual ini tidak selalu menjadi indikasi tren bearish yang berkepanjangan. Pasar kripto sering mengalami periode koreksi setelah kenaikan tajam, dan aksi ambil untung adalah bagian dari siklus pasar yang sehat.

2. Berkurangnya minat di pasar derivatif

Ilustrasi Grafik volume transaksi turun (coinmarketcap.com)

Selain aksi jual spot, pasar derivatif Bitcoin juga mengalami penurunan minat. Open Interest Bitcoin, yang mencerminkan jumlah total kontrak berjangka yang belum diselesaikan, anjlok dari $37 miliar pada Desember 2024 menjadi $23,56 miliar di akhir Maret 2025. Hal ini menunjukkan bahwa trader mulai menarik diri dari spekulasi jangka pendek, menyebabkan penurunan volatilitas dan likuiditas yang bisa mendukung reli harga.

Kontrak berjangka memainkan peran penting dalam menentukan arah pasar Bitcoin. Jika open interest tetap rendah, ini bisa berarti bahwa investor besar masih ragu untuk masuk kembali ke pasar, sehingga menghambat pemulihan harga dalam waktu dekat.

3. Pengaruh pasar global dan korelasi dengan saham

Ilustrasi Grafik Bitcoin berdampingan dengan Nasdaq (coinjournal.net)

Kondisi ekonomi global juga berperan besar dalam pergerakan harga Bitcoin. Korelasi antara Bitcoin dan indeks Nasdaq 100 meningkat hingga 70%, menunjukkan bahwa pergerakan BTC kini sangat dipengaruhi oleh pasar saham AS. Ketidakpastian terkait kebijakan moneter Federal Reserve serta potensi perlambatan ekonomi global bisa membuat investor lebih berhati-hati dalam berinvestasi di aset berisiko seperti Bitcoin.

Selain itu, perubahan dalam regulasi kripto di berbagai negara juga bisa memengaruhi sentimen pasar. Jika regulator memperketat aturan terkait perdagangan dan kepemilikan aset kripto, hal ini bisa menjadi hambatan bagi Bitcoin dalam mencapai momentum bullish baru.

4. Prediksi kuartal kedua: peluang pemulihan?

ilustrasi cryptocurrency (IDN Times/Aditya Pratama)

Meskipun ada tekanan jual saat ini, prospek Bitcoin di kuartal kedua masih cukup menjanjikan. Beberapa faktor yang dapat mendorong pemulihan harga antara lain:

  • Meningkatnya adopsi institusional: Semakin banyak perusahaan besar yang memasukkan Bitcoin ke dalam strategi investasi mereka, yang bisa membantu menstabilkan harga.
  • Potensi kebijakan moneter yang lebih longgar: Jika The Fed memberikan sinyal pelonggaran kebijakan suku bunga, aset kripto seperti Bitcoin bisa mendapatkan dorongan positif.
  • Persiapan menuju halving Bitcoin: Halving yang dijadwalkan pada April 2024 bisa mulai mempengaruhi sentimen pasar, mengingat peristiwa ini secara historis memicu tren bullish dalam beberapa bulan setelahnya.

Sejarah menunjukkan bahwa harga Bitcoin sering mengalami kenaikan signifikan setelah event halving. Jika pola ini berulang, maka kuartal kedua 2025 bisa menjadi awal dari reli baru bagi BTC.

Bitcoin menghadapi tantangan besar menjelang akhir kuartal pertama 2025, terutama akibat aksi ambil untung, berkurangnya spekulasi di pasar derivatif, dan pengaruh pasar saham global. Namun, prospek kuartal kedua masih terbuka lebar, dengan faktor-faktor seperti adopsi institusional dan event halving yang bisa mendorong harga kembali naik.

Bagi investor, volatilitas tetap menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan. Apakah Bitcoin akan kembali naik di kuartal kedua, atau masih akan menghadapi tekanan? Semua tergantung pada pergerakan pasar dalam beberapa bulan ke depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team