Ilustrasi pergerakan saham (Pixabay)
Fenomena "risk-off" dapat diartikan sebagai kecenderungan investor untuk berhati-hati dalam berinvestasi karena risiko meningkat.
Nanang menekankan pelemahan rupiah, khususnya Rabu (6/12), bukan karena masalah fundamental perekonomian dalam negeri. Ketika "risk-off," banyak investor yang membeli atau menarik kembali valuta asingnya sehingga menimbulkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Padahal, sebulan terakhir banyak menanamkan modalnya pada aset berdenominasi rupiah, menyusul kenaikan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate yang terakumulasi sebesar 175 basis poin, meredanya perang dagang global, dan sinyalemen dari The Federal Reserve yang mulai "melunak".
"Sehingga ketika terjadinya 'risk-off' di pasar keuangan global, banyak yang mengurangi posisi 'short' dengan membeli dolar. Itu merupakan dinamika pasar yang biasa dan temporer," kata Nanang.