Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Peretas Korea Utara Curi Aset Kripto 2 Miliar Dolar AS Sepanjang 2025
bendera Korea Utara (freepik.com/leoaltman)

Intinya sih...

  • Peretas Korea Utara mencuri lebih dari 2 miliar dolar AS kripto pada 2025, tertinggi sepanjang sejarah.

  • Peretasan Bybit menjadi insiden pencurian kripto terbesar yang pernah tercatat.

  • Metode pencucian dana melibatkan dompet digital, blockchain berbeda, dan aplikasi DeFi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN TimesKorea Utara mencatatkan tahun terbesar sepanjang sejarah dalam aktivitas pencurian aset kripto pada 2025. Peretas yang disponsori oleh negara tersebut dilaporkan telah mencuri lebih dari 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp33,48 triliun (kurs Rp16.742 per dolar AS) aset kripto sejak awal tahun, menurut temuan terbaru perusahaan analitik blockchain Chainalysis.

Data tersebut menunjukkan, total kripto yang dicuri oleh kelompok peretas yang terafiliasi dengan Korea Utara hingga awal Desember 2025, meningkat lebih dari 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Akumulasi nilai kripto yang berhasil dicuri sejak 2016 kini mencapai 6,75 miliar dolar AS, menandai eskalasi signifikan dalam skala dan intensitas kejahatan siber yang melibatkan negara tersebut.

1. Lonjakan pencurian kripto dan sumber pendanaan rezim

ilustrasi kripto (IDN Times/Aditya Pratama)

Chainalysis mencatat, total pencurian kripto di industri aset digital sepanjang 2025 mencapai 3,4 miliar dolar AS. Sebagian besar dari angka tersebut berasal dari satu insiden besar pada akhir Februari, ketika bursa kripto Bybit yang berbasis di Dubai mengalami pencurian senilai 1,5 miliar dolar AS.

Berdasarkan temuan Chainalysis, serangan tersebut dilakukan oleh peretas yang terafiliasi dengan Korea Utara dan menjadi pencurian terbesar dalam sejarah industri kripto berdasarkan nilai dana yang diambil.

Temuan ini memperkuat pola yang telah diamati selama bertahun-tahun. Sejak 2019, pejabat keamanan nasional AS dan PBB telah menyatakan bahwa dana hasil pencurian oleh kelompok peretas yang berafiliasi dengan Korea Utara digunakan untuk mendukung program senjata nuklir dan rudal negara tersebut.

Kepala intelijen keamanan nasional Chainalysis, Andrew Fierman menjelaskan mengapa kripto menjadi target utama.

“Kenyataannya, cryptocurrency, karena akses globalnya yang 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, menciptakan proposisi nilai yang unik bagi rezim untuk dijadikan target,” ujar Fierman, dilansir Yahoo Finance.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa karakteristik kripto—yang lintas negara, selalu aktif, dan relatif cepat dipindahkan—memberikan keunggulan strategis bagi aktor negara yang berada di bawah sanksi internasional ketat.

2. Metode peretasan dan pencucian dana semakin kompleks

ilustrasi peretas (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain nilai pencurian yang meningkat, metode yang digunakan oleh peretas Korea Utara juga semakin canggih. Eun Young Choi, pengacara di Arnold & Porter dan mantan jaksa federal AS yang berpengalaman menangani kasus serangan siber menyebut, pencurian kripto sebagai jalur pendanaan utama rezim.

“Cara termudah bagi aktor siber DPRK untuk mendanai rezim mereka,” ujar Eun Young Choi.

Choi menjelaskan, para peretas tidak hanya semakin terampil dalam mencuri aset, tetapi juga dalam mencuci hasil kejahatan tersebut. Menurutnya, pertumbuhan nilai dan adopsi industri kripto turut menciptakan lebih banyak peluang untuk mengeksploitasi celah keamanan.

Setelah peretasan Bybit pada Februari, dana hasil pencurian dicuci melalui rangkaian transaksi yang kompleks. Proses tersebut mencakup pemindahan aset ke banyak dompet digital dan blockchain berbeda, serta penggunaan aplikasi decentralized finance (DeFi) untuk menyamarkan jejak transaksi. Pola ini menunjukkan pemahaman teknis yang mendalam terhadap infrastruktur kripto modern.

3. Respons regulator dan implikasi kebijakan

Ilustrasi regulasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Aktivitas peretasan ini juga memicu perhatian regulator di Amerika Serikat. Awal pekan ini, Senator Elizabeth Warren, anggota Demokrat teratas di Komite Perbankan Senat AS, mengirim surat kepada Departemen Keuangan dan Departemen Kehakiman AS. Dalam surat tersebut, ia meminta penyelidikan mengenai penggunaan protokol DeFi oleh peretas Korea Utara dan aktor ilegal lainnya untuk mendanai rezim.

Di sisi lain, tahun 2025 juga diwarnai oleh perkembangan kebijakan yang menguntungkan industri kripto. Pemerintahan Trump mendorong agenda menjadikan Amerika Serikat sebagai “crypto capital of the world,” yang menghasilkan sejumlah kemenangan kebijakan bagi sektor aset digital. Namun, perkembangan tersebut juga membuka ruang baru yang berpotensi dimanfaatkan oleh aktor jahat.

Andrew Fierman menyoroti hubungan antara adopsi kripto dan pola serangan Korea Utara.

“Adopsi hanya menghadirkan lebih banyak peluang potensial, tetapi saya pikir Korea Utara hanya menjadi lebih terarah dan sabar dalam menemukan target yang tepat untuk dieksploitasi,” ujar Fierman.

Pernyataan ini menegaskan bahwa peningkatan adopsi kripto tidak otomatis menyebabkan kejahatan, tetapi memperluas permukaan risiko yang dapat dimanfaatkan oleh aktor negara dengan strategi jangka panjang.

Lonjakan pencurian kripto oleh peretas yang berafiliasi dengan Korea Utara sepanjang 2025 mencerminkan perubahan skala dan metode dalam kejahatan siber global.

Dengan nilai kerugian yang mencapai miliaran dolar, temuan Chainalysis menunjukkan bagaimana ekosistem aset digital terus menjadi medan strategis bagi aktor negara yang berada di bawah tekanan sanksi internasional.

FAQ seputar pencurian kripto oleh peretas Korea Utara

Berapa total kripto yang dicuri peretas Korea Utara pada 2025?

Lebih dari 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp33,48 triliun sejak Januari hingga awal Desember 2025.

Insiden terbesar apa yang terjadi tahun ini?

Peretasan bursa Bybit senilai 1,5 miliar dolar AS pada Februari 2025.

Untuk apa dana hasil pencurian digunakan?

Pejabat AS dan PBB menduga, dana tersebut mendukung program nuklir dan rudal Korea Utara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team