Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara ISEF (Dok/Istimewa).
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan ekonomi syariah dapat menjadi salah satu penggerak untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.
Berdasarkan State of the Global Islamic Economic Report, Indonesia kini berada di posisi ketiga dunia dalam pengembangan ekonomi syariah. Posisi ini semakin menunjukkan kekuatan Indonesia di sektor-sektor ekonomi syariah yang berkembang pesat, termasuk fashion modern dan modest, pariwisata ramah muslim, serta farmasi dan kosmetika halal.
"Dalam sektor pakaian, permintaan terhadap produk pakaian muslim di Indonesia diperkirakan mencapai 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp289 triliun. Sementara itu, di industri makanan dan minuman, Indonesia adalah satu-satunya negara yang menerapkan prinsip syariah secara penuh," ucapnya.
Menurutnya, negara lain mungkin hanya memiliki beberapa produk halal, namun di Indonesia, produk halal menjadi kewajiban. Nilai industri makanan dan minuman syariah di Indonesia diperkirakan mencapai 109 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.000 triliun. Dengan potensi yang besar ini, para pelaku industri dan pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong kepatuhan syariah dalam setiap sektor ekonomi. Diharapkan, dalam waktu dekat, Indonesia dapat mengalahkan negara-negara lain dan meraih posisi pertama dalam ekonomi syariah global.
"Pemerintah juga terus memperkuat kebijakan ekonomi syariah sebagai prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045. Berbagai strategi dan kebijakan yang harus dijalankan termasuk memperkuat ekosistem keuangan syariah dan industri halal, yang diharapkan dapat menciptakan kemandirian ekonomi serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat," tegasnya.