Ilustrasi tulisan inflasi di atas meja (Pexels.com/Markus Winkler)
Amalia menuturkan bahwa komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 9,02 persen yoy, sehingga memberikan andil atau kontribusi terhadap nilai deflasi tahunan sebesar 1,77 persen.
Sedangkan dua komponen lainnya, yakni komponen inti dan komponen bergejolak (volatile), masih mengalami inflasi secara tahunan. Komponen inti masih mengalami inflasi sebesar 2,48 persen yoy.
"Komponen inti ini memberikan andil inflasi terbesar dengan andil (kontribusi) terhadap (nilai) inflasi (tahunan) sebesar 1,58 persen,” ucapnya.
Dalam catatannya, sejumlah komoditas pangan dan tembakau juga masih mengalami inflasi secara tahunan sehingga menyebabkan inflasi pada komponen harga bergejolak. Komoditas yang dimaksud seperti cabai rawit, bawang putih, kangkung, bawang merah, ikan segar, minyak goreng, kopi bubuk, sigaret kretek tangan (SKT), dan sigaret kretek mesin (SKM).
“Komponen harga bergejolak mengalami inflasi (tahunan) sebesar 0,56 persen (yoy) dengan andil (kontribusi terhadap nilai) inflasi (tahunan) hanya sebesar 0,10 persen,” tuturnya.
Secara tahunan, sebanyak 22 provinsi mengalami inflasi dan 16 provinsi lainnya mengalami deflasi sepanjang Februari lalu. "Deflasi terdalam di Papua Barat yakni 1,98 persen. Kemudian inflasi tertinggi Papua pegunungan sebesar 7,99 persen," ucapnya.