BPS: Indonesia Deflasi 0,76 Persen di Januari 2025

- 34 provinsi alami deflasi, 4 provinsi mengalami inflasi
- Deflasi terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga
Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, indeks harga konsumen (IHK) periode Januari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,76 persen secara month to month (mtm) pada Januari 2025.
Artinya, terjadi penurunan IHK dari 106,90 pada Desember 2024, menjadi 105,99 pada Januari 2025. Sedangkan secara tahunan, IHK mencatatkan inflasi sebesar 0,76 persen year on year (yoy), meningkat bila dibanding Desember 2024 sebesar 0,44 persen.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, deflasi bulanan pada Januari 2025 merupakan deflasi pertama setelah terakhir kali terjadi pada September 2024.
“Kelompok penyumbang deflasi bulanan Januari 2025 adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang deflasinya sebesar 9,16 persen, dan memberikan andil deflasi sebesar 1,44 persen,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/2/2025).
1. Tarif listrik beri andil ke deflasi 1,47 persen

Adapun komoditas yang dominan menjadi penyumbang deflasi kelompok ini adalah tarif listrik yang andilnya terhadap deflasi sebesar 1,47 persen. Komoditas lain yang juga menyumbang deflasi, yakni tomat dengan deflasi sebesar 0,03 persen; ketimun, tarif kereta api, dan tarif angkutan udara, dengan andil masing-masing 0,01 persen.
“Namun demikian, ada komoditas yang memberikan andil inflasi, antara lain cabai merah, dan cabai rawit yang andil inflasi masing-masing 0,19 persen dan 0,17 persen. Untuk ikan segar, minyak goreng dan bensn beri andil inflasi 0,03 persen," tutur Amalia.
2. Cabai dominan beri andil inflasi ke komponen harga bergejolak

Bila berdasarkan komponennya, kelompok inti mengalami inflasi 0,30 persen, dengan sumbangan terhadap inflasi 0,20 persen.
"Komoditas dominan beri andil inflasi, yakni minyak goreng emas perhiasan, biaya sewa rumah, kopi bubuk, mobil dan sepeda motor," ucapnya.
Sedangkan komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi 7,38 persen, dengan kontribusi terhadap inflasi 1,44 persen terutama tarif listrik, angkutan udara dan kereta api. Kelompok komponen bergejolak inflasi 2,95 persen dan komponen ini beri andil inflasi 0,48 persen.
"Komoditas dominan beri andil inflasi ke komponen harga bergerjolak cabai merah, cabai rawit dan daging ayam ras," ucapnya.
3. Sebanyak 34 provinsi alami deflasi

Berdasarkan sebaran wilayahnya, sebanyak 34 provinsi dari total 38 provinsi mengalami deflasi, sedangkan empat lainnya mengalami inflasi.
"Deflasi terdalam Papua Barat 2,29 persen, sementara itu inflasi tertinggi dari Kepulauan Riau 0,43 persen," ungkapnya.