Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik baru saja mengumumkan bahwa pertumuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun 2020 minus 5,32 persen.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah memproyeksikan bahwa pada pada kuartal III dan kuartal IV pertumbuhan ekonomi akan kembali minus.

"Dengan demikian, apabila perkiraan ini benar-benar terjadi, maka Indonesia pada bulan Oktober nanti akan secara resmi dinyatakan resesi," kata dia melalui keterangan yang diterima IDN Times, Rabu (5/8/2020).

2. Semua negara diyakini bakal resesi

Ilustrasi Resesi (IDN Times/Arief Rahmat)

Dia mengatakan, meskipun nantinya Indonesia masuk ke jurang resesi namun masyarakat diminta untuk tidak perlu panik. Menurut dia, resesi merupakan hal yang wajar di tengah pandemik yang terjadi saat ini.

"Wabah Pandemik COVID-19 membatasi aliran manusia, barang dan juga uang. Dampaknya sangat luar biasa. Dengan keterbatasan aktivitas sosial ekonomi, maka kegiatan konsumsi, investasi dan juga ekspor impor di semua negara mengalami penurunan yang sangat tajam," ujarnya.

3. Negara yang bergantung pada ekspor akan mengalami pukulan yang lebih dalam

Ilustrasi pertumbuhan PAD (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurutnya karena semua negara berpotensi mengalami resesi, maka yang menjadi perbedaan setiap negara hanya masalah kedalaman dan kecepatan recovery.

"Negara-negara yang bergantung kepada ekspor, dengan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi sangat tinggi akan mengalami double, sehingga kontraksi ekonomi akan jauh lebih dalam. Misalnya saja Singapura yang mengalami kontraksi ekonomi pada triwulan 2 hingga minus 41 persen," kata dia.

"Di sisi lain, negara-negara yang tidak secara cepat merespons dampak wabah covid, menyelamatkan perekonomiannya, berpotensi jatuh ke jurang krisis, yang artinya proses recovery akan berjalan lambat," imbuhnya.

Editorial Team