Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Diskusi Populix dalam rangka peluncuran laporan Navigating Economic and Security Challenges in 2025, Rabu (4/12/2024). (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Diskusi Populix dalam rangka peluncuran laporan Navigating Economic and Security Challenges in 2025, Rabu (4/12/2024). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Intinya sih...

  • 67% responden khawatir dengan keamanan siber dan 49% khawatirkan keamanan kesehatan menurut laporan Populix.
  • Pembobolan data, peretasan, virus, phishing email, dan cyberbullying menjadi ancaman siber yang dipahami publik.

Jakarta, IDN Times - Pesatnya digitalisasi ternyata menimbulkan risiko keamanan data pribadi di dunia siber. Berdasarkan laporan Navigating Economic and Security Challenges in 2025 yang dirilis Populix, 67 persen responden khawatir dengan masalah keamanan siber, sedangkan 49 persen mengkhawatirkan keamanan kesehatan.

Co-Founder dan CEO Populix, Timothy Astandu mengatakan, dengan semakin eratnya integrasi digital, semakin banyak pula ancaman siber yang bermunculan. Pemicu utamanya adalah pembobolan data dan peretasan, yang diperparah dengan sumber daya dan pengetahuan yang tidak memadai.

“Pembobolan dan peretasan data merupakan pemicu utama, sementara sumber daya dan pengetahuan yang tidak memadai menjadi penghalang,” kata Timothy di Thamrin Nine Ballroom, Jakarta, Rabu (4/12/2024).

1. Masyarakat khawatir ancaman phishing hingga spyware

ilustrasi hacker (IDN Times/Aditya Pratama)

Selain pembobolan data dan peretasan, kata Timothy, publik juga sudah mulai memahami jenis-jenis ancaman siber lainnya, mulai dari virus (82 persen), phishing email (75 persen), pornografi digital (65 persen), cyberbullying (63 persen), spyware (60 persen), ransomware (55 persen), hingga trojan (54 persen).

“Meskipun publik tergolong masih awam, mereka mulai termotivasi untuk lebih menjaga keamanan data-data sensitif merekam,” tutur Timothy.

Oleh sebab itu, Populix menyarankan pemerintah dan swasta bisa hadir untuk membantu masyarakat mengatasi kekhawatiran tersebut.

“Baik dengan memberikan edukasi keamanan siber, hingga menghadirkan solusi keamanan yang sederhana dan mudah dioperasikan,” ujar Timothy.

2. Keamanan siber ganggu keamanan finansial

ilustrasi hacker (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurut Populix, masalah keamanan siber secara signifikan berdampak pada berbagai aspek  kehidupan konsumen. Hal itu menyebabkan tekanan emosional, mengganggu keamanan pribadi dan keamanan finansial, membatasi interaksi sosial, dan mempengaruhi keamanan pekerjaan di lingkungan profesional.

Di sisi lain, tantangan keamanan siber juga berkaitan dengan isu lain, seperti upskilling tenaga kerja dan akses layanan kesehatan. Kemajuan teknologi dan otomasi, meski menawarkan efisiensi, juga menciptakan tekanan di dunia kerja, terutama bagi pekerjaan tradisional yang semakin tergeser.

Survei Populix juga menemukan bahwa 47 persen responden mengungkapkan kekhawatiran mendalam akan kemampuan mereka untuk mempertahankan keamanan ekonomi di tengah meningkatnya biaya hidup dan meningkatnya beban konsumerisme, yang sebagian besar didorong oleh kemudahan belanja daring.

“Para responden mengkhawatirkan gangguan keuangan, seperti kehilangan pekerjaan atau turunnya kemampuan ekonomi, akan berdampak signifikan terhadap kondisi finansial mereka,” tutur Timoty.

Responden juga mengatakan, adanya kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh sebab itu, dibutuhkan campur tangan dari pemerintah untuk mengatasi kekhawatiran publik.

“Salah satunya dengan menjaga stabilitas ekonomi tahun depan,” ujar Timothy.

3. Masyarakat harus beradaptasi buat hadapi tantangan di tengah era digitalisasi

ilustrasi transaksi bank digital (IDN Times/Besse Fadhilah)

Oleh sebab itu, Timothy menggarisbawahi pentingnya inisiatif peningkatan keterampilan bagi tenaga kerja untuk tetap relevan di tengah perubahan saat ini.

Dalam sesi diskusi yang digelar Populix, pihaknya mengeksplorasi bagaimana dinamika yang terus berkembang ini akan mempengaruhi berbagai sektor industri, serta bagaimana bisnis dapat merespons kebutuhan konsumen yang berubah.

“Dengan berfokus pada solusi seperti keamanan siber, upskilling tenaga kerja, dan layanan kesehatan digital, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan,” ujar Timothy.

Editorial Team