Hadapi Krisis Energi usai Rusia Setop Pasokan, 2 PLTN Jerman Siaga

PLTN sebagai jaminan ketersediaan pasokan energi 

Jakarta, IDN Times - Seiring dengan penghentian aliran gas alam cair Nord Stream 1 dari Rusia ke Jerman, kekhawatiran akan krisis energi semakin meningkat. Berlin mengatakan akan tetap menyiagakan dua dari tiga pembangkit listrik nuklirnya (PLTN) untuk memastikan pasokan listrik mencukupi selama musim dingin.

Robert Habeck, Menteri Ekonomi Jerman, pada Senin (5/9/2022), mengatakan bahwa negaranya tidak akan ingkar janji dan bakal meninggalkan energi nuklir pada akhir 2022. Tapi dengan situasi yang tak menentu, dua PLTN Jerman akan tetap hidup dan disiagakan sebagai cadangan jika krisis listrik terjadi.

Baca Juga: Rusia Urung Kembalikan Aliran Gas, Jerman Siap-siap Mandiri Sepenuhnya

1. PLTN sebagai jaminan ketersediaan pasokan energi

Hadapi Krisis Energi usai Rusia Setop Pasokan, 2 PLTN Jerman SiagaRobert Habeck, Menteri Keuangan Jerman (Instagram.com/robert.habeck)

Jerman memiliki tiga PLTN yang masih hidup. Rencananya, pada akhir tahun ini ketiganya akan dihentikan beroperasi. Rencana tersebut telah disusun sejak Kanselir Angela Merkel menjabat setelah bencana nuklir Fukushima 2011.

Tapi dengan situasi ancaman krisis energi saat ini, dua dari tiga PLTN itu akan tetap dalam keadaan siaga melampaui batas akhir tahun, kutip Reuters.

"Masih sangat tidak mungkin bahwa kita akan menghadapi situasi krisis dan skenario ekstrem. Saya harus melakukan semua yang diperlukan untuk sepenuhnya menjamin keamanan penyediaan (energi)," kata Robert Habeck.

Dalam pernyataan pada Senin, Habeck juga mengatakan Berlin tidak akan mengingkari janji lama untuk keluar dari energi nuklir pada akhir tahun 2022.

Baca Juga: Prancis-Jerman Kerja Sama untuk Atasi Krisis Energi di Eropa

2. Faktor lain sebagai alasan untuk tetap menghidupkan dua PLTN Jerman

Faktor utama untuk menyiagakan dua PLTN tetap hidup sampai melebihi akhir tahun bukan hanya dari internal Jerman saja, melainkan dari negara-negara tetangga. Jerman merupakan pusat jaringan Eropa dan negara pengekspor setrum.

Melansir Associated Press, situasi krisis energi di Eropa bisa semakin tegang jika para konsumen beralih dari pemanas gas ke pemanas listrik di musim dingin. Permintaan yang kuat dari negara tetangga akan berarti dibutuhkan ekspor energi yang meningkat.

Di Prancis, negara tersebut juga memiliki masalah dengan PLTN yang akan dimatikan dan secara otomatis akan meningkatkan permintaan pasokan listrik. Kekeringan di Eropa telah membuat pasokan setrum berkurang karena pembangkit listrik tenaga air (PLTA) tidak memiliki aliran air yang cukup.

Kapal-kapal pembawa batu bara juga terganggu karena aliran sungai telah menyusut sehingga membuat biaya kenaikan pengiriman mengalami lonjakan.

"Kita tidak dapat mengandalkan dengan aman ketersediaan pembangkit listrik yang cukup untuk menstabilkan jaringan listrik dalam jangka pendek jika ada kekurangan jaringan di negara-negara tetangga kita," kata Habeck.

Baca Juga: Jerman dan Prancis Ingin Percepat Dialog Damai Serbia-Kosovo

3. Tekanan untuk tetap menghidupkan PLTN

Hadapi Krisis Energi usai Rusia Setop Pasokan, 2 PLTN Jerman SiagaIlustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir. (Pexels.com/Johannes Plenio)

Di Jerman, memperpanjang usia PLTN telah jadi perdebatan sengit selama beberapa dekade. Pengumuman dari Habeck untuk memperpanjang usia PLTN merupakan hal yang diluar perkiraan.

Menurut The Guardian, ini karena Habeck berasal dari Partai Hijau dan merupakan tokoh terkemuka anti-nuklir. Tapi partainya telah mendapatkan tekanan dari mitra koalisi, FDP, yang lebih pro-bisnis.

"Di musim dingin, kota-kota kita sebagian akan menjadi lebih gelap karena kita harus menghemat listrik. Dalam situasi ini kita tidak boleh melupakan cara-cara yang lebih aman dan ramah iklim untuk menghasilkan listrik seperti tenaga nuklir," kata Christian Lindner, kepala FDP.

Meski menyakitkan, Jerman telah kembali menghidupkan pembangkit listrik batu bara untuk sementara waktu. Habeck berpendapat itu perlu untuk dilakukan meski batu bara dianggap sebagai bahan bakar paling merusak lingkungan.

Dalam pernyataannya, Habeck juga menegaskan gas Rusia tidak lagi jadi faktor perhitungan energi Jerman.

"Satu-satunya yang bisa diandalkan dari Rusia adalah kebohongan," katanya.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya