Profil 6 Perempuan Calon Pengganti Erick Thohir

Sharon merupakan perempuan berusia 24 tahun yang berasal Bekasi, Jawa Barat. Dia merupakan lulusan sebuah universitas negeri di bidang psikologi dan menjadi best graduate officer development program salah satu BUMN.

Selama pandemik COVID-19, Sharon memimpin tim COVID Rangers dalam mendorong kesadaran seluruh anggota timnya demi mencegah penularan COVID-19.

Sharon pun mengaku ingin bisa mencapai level manajemen di dalam BUMN setelah mengikuti program Girls Take Over. Dia pun menyatakan siap membantu Erick Thohir mewujudkan kepempimpinan perempuan di BUMN.

"Saya ingin berkontribusi penuh supaya saya bisa membantu Pak Erick dalam mencapai target kepemimpinan perempuan, apalagi kalau kita bisa menerapkan Girls Take Over ini dalam unit kerja masing-masing," ujar Sharon.

Perempuan berikutnya adalah Putri. Dara berusia 21 tahun dari Kabupaten Bandung, Jawa Barat ini merupakan lulusan salah satu universitas pertanian terkemuka di Indonesia.

Dalam kesehariannya, Putri aktif memperjuangkan hak-hak anak perempuan di desanya. Ia mengaku sedih melihat anak-anak perempuan di desanya dikawinkan padahal belum cukup umur dan mengalami putus sekolah.

Dengan mengikuti Girls Take Over ini, Putri berharap bisa menjadi sosok perempuan tangguh dan kuat sehingga bisa menguatkan perempuan lainnya.

Selain itu, Putri juga ingin membuktikan bahwa perempuan bisa memiliki posisi atau jabatan strategis di tempat kerja.

"Saya ingin membktikan bahwa perempuan bisa lho mengambil keputusan, bisa berada di posisi strategis, dan mengambil kepustusan bijak serta menghasilkan produk kebijakan yang berpihak pada kaumnya dan kelompok terlantar lainnya," ujar dia.

Putri pun tergabung dalam Forum Anak Daerah untuk berjuang agar anak-anak perempuan bisa menikmati haknya. Putri pun menjadi konselor sebaya dari kampung ke kampung di daerah asalnya.

Arum merupakan perempuan berusia 23 tahun asal Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sebagai mahasiswa hukum, Arum pernah memenangkan kategori hakim terbaik pada kompetisi peradilan semu bergengsi.

Arum juga aktif dalam berorganisasi dan menjadi asisten peneliti serta tutor. Dia saat ini tercatat bekerja di salah satu bank BUMN.

"Harapan saya dalam mengikuti Girls Take Over ini adalah untuk meningkatkan leadership skill yang saya punya dan bisa mempromosikan ke teman-teman perempuan lainnya untuk berani bermimpi dan melawan seluruh stereotip soal perempuan," kata Arum.

Virdha adalah perempuan berusia 23 tahun asal Magelang, Jawa Tengah. Dia saat ini tercatat sebagai pegawai di bagian sumber daya manusia (SDM) dan general affair.

Saat ini Virdha aktif di Pusat Studi Gender dan berpartisipasi di dalam program pemberdayaan perempuan yang bekerja dengan berinovasi menggunakan bahan lokal.

Virdha juga terlibat aktif dalam melakukan pelatihan ekonomi bagi perempuan di suatu perkampungan di D.I Yogyakarta.

Oleh sebab itu, Virdha mengaku ingin terus menginspirasi perempuan di luar sana dengan peran serta pelatihan yang dia dapat dari program Girls Take Over.

"Saya ingin menginspirasi lebih banyak perempuan lagi yang selama ini mereka tertindas, tidak memiliki kesempatan padahal selama ini kesempatan itu ada. Selain itu saya ingin menginspirasi orang lain agar tetap semangat dan kuncinya adalah untuk tidak cepat puas," ujar dia.

Adinda merupakan perempuan berusia 20 tahun dari Jepara, Jawa Tengah. Dia saat ini sedang mengenyam pendidikan S1 di bidang informatika.

Ia pun aktif dalam kegiatan di dalam kampus, mulai dari menjadi anggota Developer Student Club, asisten praktikum, hingga pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).

Adinda berharap setelah mengikuti program Girls Take Over dirinya bisa menjadi perempuan terbaik di bidang teknologi.

"Harapannya, saya bisa meningkatkan kepercayaan diri sehingga saya bisa menjadi perempuan terbaik di bidang teknologi dan ilmu saya bisa berdampak untuk kebaikan orang lain," katanya.

Sisilia merupakan dara berusia 22 tahun asal Kupang, Nusa Tenggara Timur. Di usia yang masih muda, dia sempat menjadi Plt Kepala Sekolah Pendidikan Usia Dini yang membawahi empat kelas besar di sebuah lembaga pendidikan swasta di Kupang.

Dalam semangatnya, dia ingin mendorong semua pihak untuk lebih memperhatikan isu kesetaraan gender dan tidak menghakimi perempuan atas pilihan yang ia ambil terhadap kepemilikan tubuhnya.

"Harapan saya menjadi suara dari para perempuan yang tidak bisa mendapatkan kesempatan seperti saya saat ini. Ini mimpi saya sehingga saya belajar banyak dari Pak Erick Thohir, belajar leadership dari dirut-dirut lain karena tujuan saya menjadi pemimpin perempuan," kata Sisil.