Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Christopher Farrel Millenio Kusuma, pendiri Kecilin (dok. Wirausaha Mandiri)

Intinya sih...

  • Christopher Farrel Millenio Kusuma diduga hilang di Pantai Pandansimo Payung, Yogyakarta sejak Minggu (9/2/2025) sekitar pukul 17.30 WIB.
  • Farrel adalah pendiri startup kecerdasan buatan bernama Kecilin yang berfokus pada kompresi data internet, mulai tertarik pada AI saat duduk di SMP pada 2014/2015.

Jakarta, IDN Times - Christopher Farrel Millenio Kusuma tengah menjadi topik pembicaraan hangat di media sosial belakangan ini. Hal itu tidak lepas dari sosoknya yang diduga hilang di Pantai Pandansimo Payung, Kalurahan Parangtritis, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul, sejak Minggu (9/2/2025) sekitar pukul 17.30 WIB.

Tim SAR Gabungan pun tengah mencari keberadaan warga Gowongan, Jetis, Yogyakarta berusia 25 tahun tersebut. Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry mengatakan, pencarian terhadap Christopher bermula dari penemuan sejumlah barang miliknya dalam tas kresek putih di Pantai Pandan Payung pada Minggu (9/2/2025) sekitar pukul 17.30 WIB.

Sekitar pukul 22.00 WIB, piket SPKT menerima laporan dari Bhabinkamtibmas Parangtritis terkait penemuan tas tersebut. Piket fungsi yang datang ke lokasi mengonfirmasi bahwa plastik kresek itu ditemukan oleh warga sekitar pukul 17.00 WIB.

"Jadi barang yang ditemukan oleh warga tersebut juga ada surat berisi permintaan maaf Christopher kepada keluarga," katanya, Senin (10/2/2025).

Lantas, siapakah sosok Christopher Farrel Millenio Kusumat tersebut? Berikut profilnya seperti dikutip dari berbagai sumber.

1. Founder Kecilin

Logo Kecilin (dok. Kecilin)

Farrel yang lahir tepat pada milenium baru atau 1 Januari 2000 merupakan pendiri startup kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang berfokus pada kompresi data internet bernama Kecilin pada 2018 silam.

Meski begitu, kisah Farrel mendirikan Kecilin terjadi jauh sejak sebelum 2018, yakni ketika dia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada 2014/2015.

Saat bermain game, Farrel mengaku sering menemui "musuh" bot (program komputer). Berangkat dari rasa penasarannya pada pembuatan AI dalam program komputer yang adaptif terhadap ritme pemain game, Farrel menjadi tertarik lebih jauh dengan AI, tepatnya Machine Learning.

Sejak saat itu, Farrel mulai tertarik dan melakukan banyak riset tentang Machine Learning, sampai suatu ketika liburan semester 2017, dia menemukan ide untuk membuat temuan teknologi.

2. Lakukan riset mendalam soal Machine Learning ketika SMA

ilustrasi seseorang yang berperan sebagai machine learning engineer (freepik.com/freepik)

Saat ingin mengunduh game dengan kapasitas 30 GB, Farrel mengaku menemukan kesulitan lantaran hanya memiliki kuota 5-6 GB. Farrel kemudian mencari cara untuk menemukan format game yang sudah terkompres, tetapi masalahnya ukurannya tetap sama.

Dari situ, Farrel yang saat itu merupakan siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta mulai melakukan riset mendalam soal impelementasi Machine Learning dan AI untuk kompresi data.

Farrel juga kemudian tertarik mengikuti ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR). Kemudian, dia menemukan algoritma dengan core yang baru yang digabungkan dengan sudut pandang ilmu lainnya, dan akhirnya mengikuti berbagai macam lomba.

Namun, perjalanan untuk membuat karyanya bisa dikenal banyak orang ternyata tidak semudah yang diperkirakan. Temuan Farrel sempat 11 kali ditolak dalam lomba-lomba karya ilmiah, hingga akhirnya raksasa teknologi Google menemukan inovasi teknologi milik Farrel tersebut.

3. Bekerja bersama Google

Ilustrasi google (pexels.com/ASPhotography)

Farrel akhirnya berangkat ke markas Google di Mountain View, California, Amerika Serikat pada 14 Februari 2017. Dalam sebuah summit, Farrel diminta untuk mempresentasikan algoritma core temuannya.

"Ketika present, ternyata banyak yang tertarik tentang core-nya sendiri, dari situ sendiri sebenarnya tendensi ku adalah membuat algoritma yang bisa kompres game doang saat itu, dan ternyata bisa dituntasi ke hal-hal lainnya," kata Farrel dikutip dari ANTARA, Minggu (16/2/2025).

Farrel kemudian diminta Google untuk bergabung dalam sebuah proyek untuk bekerja selama enam hingga tujuh bulan. Lantaran masih berada di bangku sekolah menangah atas, Farrel bekerja secara jarak jauh.

"Pagi sampai siang sekolah, terus malamnya video call. Jadi, kerja jam 10 malam sampai jam 4 pagi, kemudian paginya lanjut lagi sekolah," ujar Farrel.

Saat bergabung dalam proyek Google, Farrel mengembangkan algoritma khusus kompresi pada Google Photos.

Menurut Farrel, bekerja bersama Google lebih berorientasi pada proses. Google memperhatikan proses programming setiap orang yang bekerja sama dengannya karena setiap programmer memiliki style yang berbeda dan fokus bagaimana program tersebut dapat dimengerti orang lain.

Pada saat itu juga Farrel bertemu dengan angle investor yang mendorong dirinya untuk mengembangkan algoritmanya sendiri.

"Akhirnya saya membuat yang sangat-sangat berbeda dari yang Google punya. Akhirnya bikin Kecilin," kata dia.

Editorial Team