Program Rumah Subsidi Masih Sepi Peminat

- Penyaluran FLPP tumbuh 44,50 persen dari tahun lalu
- Penyaluran FLPP baru mencapai 34 persen dari target awal
- BTN menjadi bank penyalur terbesar FLPP dengan realisasi tertinggi di Jawa Barat
Jakarta, IDN Times - Penyerapan bantuan pembiayaan rumah subsidi melalui skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) masih rendah. Program tersebut belum banyak dimanfaatkan oleh kalangan guru, perawat, dan aparatur sipil negara (ASN) lainnya.
Direktur Jenderal Kawasan Permukiman Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Fitrah Nur menjelaskan, rumah subsidi ditawarkan dengan suku bunga tetap 4 persen, dan cicilan mulai dari Rp700 ribuan per bulan.
"Kami memiliki kuota besar untuk FLPP tahun ini. Sayangnya, hingga kini penyerapannya masih sedikit. Padahal, ini peluang besar untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)," kata Fitrah dalam keterangan tertulis, Selasa (1/7/2025).
1. Penyaluran FLPP masih tumbuh dibanding tahun lalu

BP Tapera mencatat, hingga akhir semester I-2025, penyaluran FLPP telah mencapai 120.976 unit rumah senilai Rp14,99 triliun. Angka tersebut meningkat 44,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 83.720 unit senilai Rp10,17 triliun.
Komisioner BP Tapera, Heru Pudyo Nugroho menyampaikan apresiasi atas capaian tersebut. Menurutnya, kenaikan itu mencerminkan komitmen bersama dalam mendukung program perumahan nasional.
“Kenaikan ini tidak lepas dari semangat para pengembang dan bank penyalur dalam menyukseskan Program 3 Juta Rumah,” kata dia dalam keterangan terpisah.
2. Tapi penyaluran FLPP baru 34 persen dari target

Hingga akhir Juni 2025, penyaluran FLPP telah mencapai 120.976 unit atau setara 54,98 persen dari target awal sebanyak 220 ribu unit rumah. Namun, jika mengacu pada kuota baru sebesar 350 ribu unit rumah, capaian tersebut baru mencapai 34,56 persen.
BP Tapera optimistis penyaluran FLPP akan terus meningkat di paruh kedua tahun ini. Kenaikan kuota FLPP menjadi tantangan sekaligus peluang bagi para pengembang dan bank penyalur untuk meningkatkan kinerja.
BP Tapera menekankan pentingnya sinergi semua pemangku kepentingan dalam mengejar target penyaluran rumah subsidi yang layak dan terjangkau. Apresiasi juga diberikan kepada Kementerian PKP atas dukungan dan arahannya.
"Dengan sisa waktu yang ada dan semangat kolaborasi yang sudah terbukti luar biasa, kami yakin target ini bisa tercapai,” tuturnya.
3. Rincian penyaluran FLPP hingga pertengahan tahun

BTN menjadi bank penyalur terbesar FLPP pada semester I-2025, dengan realisasi 64.429 unit rumah senilai Rp7,99 triliun. Posisi berikutnya ditempati BTN Syariah dengan 24.126 unit senilai Rp2,95 triliun, dan Bank BRI sebanyak 9.791 unit senilai Rp1,23 triliun.
BNI dan Bank Mandiri menyusul di peringkat lima besar dengan masing-masing 5.394 unit senilai Rp680,03 miliar dan 4.558 unit senilai Rp580,39 miliar.
Dari sisi asosiasi pengembang, REI menjadi kontributor tertinggi dengan 50.759 unit rumah senilai Rp6,28 triliun. Disusul Apersi dengan 36.616 unit senilai Rp4,56 triliun, Himppera sebanyak 16.324 unit senilai Rp2 triliun, Asprumnas 3.973 unit senilai Rp481,02 miliar, dan Apernas 3.928 unit senilai Rp488,30 miliar.
Provinsi Jawa Barat tercatat sebagai wilayah dengan penyerapan tertinggi, yakni 28.548 unit rumah senilai Rp3,57 triliun. Disusul oleh Jawa Tengah (10.730 unit), Sulawesi Selatan (9.395 unit), Banten (8.460 unit), dan Jawa Timur (7.541 unit).
Mayoritas penerima manfaat FLPP berasal dari kalangan pekerja swasta, dengan total 92.332 unit atau 76,32 persen. Selanjutnya adalah wiraswasta (15.377 unit), PNS (7.563 unit), TNI/Polri (2.368 unit), dan profesi lainnya (3.336 unit).