Ilustrasi investasi. (IDN Times/Arief Rahmat)
Dia melanjutkan, pasar obligasi Indonesia saat ini menawarkan tingkat real yield yang cukup atraktif jika dibandingkan dengan negara emerging market lainnya yakni di sekitar 5,16 persen. Di sisi lain, pasar saham akan mendapatkan angin segar sejak mulai dibukanya kembali ekonomi di berbagai negara setelah karantina wilayah.
"Hal tersebut menandakan akan dimulainya pemulihan ekonomi dan bisa dijadikan momentum untuk berinvestasi jangka panjang,” jelasnya.
Meski demikian, volatilitas diperkirakan masih akan tinggi dalam beberapa bulan ke depan apabila pandemik COVID-19 masih belum usai. Menurut Ivan, yang terpenting dilakukan investor di masa apa pun adalah diversifikasi aset. Ivan menyarankan investor untuk menyesuaikan alokasi aset portofolionya.
Untuk investor dengan profil risiko balanced, direkomendasikan untuk sementara mengurangi porsi saham dan mengalihkan ke obligasi untuk menurunkan tingkat volatilitas portofolio.
Proporsi adalah 25 persen reksa dana saham, 40 persen reksa dana pendapatan tetap atau obligasi, 35 persen reksa dana pasar uang. Sementara, untuk investor dengan profil risiko agresif idealnya memiliki portofolio yang terdiri dari 60 persen reksa dana saham, 25 persen reksa dana pendapatan tetap atau obligasi dan 15 persen reksa dana pasar uang.
"Jangan lupa agar tetap aman investasi dari rumah saja melalui digital yaitu bisa dari internet atau mobile banking," ungkap Ivan.