Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kurs rupiah terhadap dolar (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Kurs rupiah terhadap dolar (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Intinya sih...

  • Kebijakan bunga deposito valas jadi 4 persen bukan instruksi Kemenkeu

  • Fundamental ekonomi RI kuat jadi alasan masuknya aliran modal asing

  • Pelaku pasar global berorientasi pada keuntungan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa optimistis rupiah akan kembali menguat pada pekan depan. Keyakinan itu muncul setelah rupiah mengalami pelemahan dalam beberapa hari terakhir. Bahkan pada perdagangan Jumat (26/9/2025), kurs masih berada di level Rp16.730 per dolar AS.

"Mungkin ke tengah minggu depan juga sudah balik (kembali menguat)," ujar Purbaya saat media briefing di kantornya, Jakarta, Jumat (26/9/2025).

1. Kebijakan bunga deposito valas jadi 4 persen bukan instruksi Kemenkeu

Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)

Purbaya tak menampik, tekanan terhadap rupiah dalam sepekan terakhir dipicu oleh sentimen pasar yang keliru, menyusul keputusan bank pelat merah menaikkan suku bunga deposito valas menjadi 4 persen. Akibatnya, dana berpindah dari deposito rupiah yang bunganya 3,75 persen dan dijamin LPS ke deposito valas.

Kebijakan tersebut efektif berlaku mulai 5 November 2025. Akibat dari kebijakan ini, permintaan terhadap dolar AS meningkat sementara permintaan terhadap rupiah menurun. Hal ini menyebabkan arus keluar modal dari rupiah ke dolar, sehingga tekanan jual terhadap rupiah meningkat dan nilai tukar rupiah melemah. Singkatnya, bunga deposito valas yang tinggi memicu pengalihan dana ke dolar AS, memperkuat tekanan pelemahan rupiah di pasar valuta asing.

Ia menegaskan, kebijakan itu murni inisiatif bank, bukan arahan dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, atau Danantara.

"Mungkin itu inisiatif beberapa pimpinan bank. Tapi yang jelas, tidak ada instruksi dari kami. Danantara juga menekankan pendekatan berbasis pasar, tanpa intervensi berlebihan dari pemilik," ujarnya.

2. Fundamental ekonomi RI kuat jadi alasan masuknya aliran modal asing

Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)

Indikator lain yang mendorong optimisme rupiah akan menguat pekan depan adalah fundamental ekonomi Indonesia yang baik seperti pertumbuhan ekonomi yang konsisten di level 5 persen yang kemudian akan mendorong masuknya aliran modal asing.

Menurut Purbaya, masuknya modal asing ke Indonesia tidak semata-mata ditentukan oleh tingginya suku bunga, melainkan oleh prospek ekonomi jangka panjang. Ia menyampaikan, investor asing pada dasarnya tidak datang untuk "membangun" perekonomian Indonesia, melainkan untuk memperoleh keuntungan dari pertumbuhan ekonomi yang sedang terjadi. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi yang tepat dan prospek yang cerah menjadi kunci utama menarik investasi.

"Jadi gini, rahasia modal asing masuk ke sini bukan bunga yang tinggi. Tapi prospek ekonomi seperti apa ke depan? Karena jangan anda harap mereka mau masuk ke sini membangun ekonomi kita. Nggak ada tuh, mereka mau ke sini mau menikmati kue pertumbuhan ekonomi yang ada di sini," tegasnya.

3. Pelaku pasar global berorientasi pada keuntungan

Ilustrasi investor (IDN Times/Mia Amalia)

Menurutnya, pelaku pasar global sepenuhnya berorientasi pada keuntungan. Oleh karena itu, jika kebijakan pemerintah dinilai kredibel dan mendukung pertumbuhan ekonomi, maka modal asing akan masuk lebih banyak dalam beberapa bulan ke depan.

"Mereka semua profit oriented. Kalau mereka lihat prospek ekonomi bagus dan kebijakan kita pas yang saya yakin dampaknya akan terlihat dalam satu hingga dua bulan ke depan mereka pasti akan lebih banyak masuk," kata Purbaya.

Ia menambahkan, pelaku di pasar modal (capital market) biasanya lebih cepat menangkap arah kebijakan dibanding pelaku domestik. Hal ini, kata dia, terlihat dari mulai derasnya arus modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia dalam beberapa hari terakhir.

"Capital market itu lebih pintar, lebih cepat melihat ke depan. Begitu mereka melihat kebijakan kita tepat, mereka akan investasi duluan. Mereka tidak mau terlambat. Makanya minggu lalu sudah mulai kelihatan, asing masuk dalam jumlah besar," ujarnya.

Editorial Team