Purbaya Bantah Dikte Bank Himbara Naikkan Bunga Valas

Jakarta, IDN Times – Menteri Keuangan Republik Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa, membantah pernah mendikte atau meminta bank-bank anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) untuk menaikkan suku bunga deposito valuta asing (valas) menjadi empat persen. Dia menegaskan tak pernah menyuruh Danantara atau bank mana pun atas keputusan yang mulai berlaku pada 5 November 2025 mendatang.
Kenaikan suku bunga deposito diumumkan di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir. Purbaya menegaskan keputusan itu bukan berasal dari dirinya maupun Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
"Orang menuduh saya, seolah-olah kebijakan Menteri Keuangan yang mendikte perbankan menaikkan bunga deposito dolar menjadi empat persen. Tidak ada kebijakan seperti itu. Saya tidak pernah menyuruh Danantara atau bank mana pun menaikkan bunga deposito seperti itu," kata Purbaya dalam Media Briefing di kantornya, Jakarta, Jumat (26/9/2025).
1. Diklaim sebagai inisiatif pimpinan Bank Himbara

Purbaya mengakui pernah ada diskusi terkait rencana pemberian insentif bagi pemegang valuta asing (valas). Namun, pembahasan tersebut belum menghasilkan keputusan akhir dan masih menyisakan sejumlah risiko yang perlu dihitung secara cermat.
Menurutnya, keputusan tersebut kemungkinan besar merupakan inisiatif internal dari pimpinan bank masing-masing. Dia menyebut, tidak ada instruksi dari Kementerian Keuangan atau otoritas moneter terkait kebijakan itu.
"Jadi, mungkin itu inisiatif beberapa pemimpin bank. Mungkin, mereka merasa butuh atau enggak. Tapi, yang jelas nggak ada instruksi dari kami, dari BI. Dari Danantara juga biasanya menekankan market based. Artinya, bisnis seperti business entity tanpa intervensi berlebihan dari pemilik," ujar Purbaya.
2. Kenaikan bunga deposito valas jadi biang kerok rupiah melemah

Sebanyak empat bank pelat merah, yakni Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, dan Bank Tabungan Negara, serentak menaikkan bunga deposito valas menjadi empat persen per tahun. Skema ini berlaku untuk tenor satu, tiga, enam, dan 12 bulan, dengan semua strata nominal.
Kebijakan tersebut efektif berlaku mulai 5 November 2025. Pasar terkejut, sebab bunga deposito valas itu jauh lebih tinggi dibanding simpanan yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), yakni 2,25 persen. Kondisi ini pun diduga sebagai salah satu penyebab memburuknya pelemahan rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir, karena investor mencari keuntungan yang lebih besar dan risiko lebih rendah di aset berdenominasi dolar.
Akibatnya, permintaan terhadap dolar AS meningkat sementara permintaan terhadap rupiah menurun. Hal ini menyebabkan arus keluar modal dari rupiah ke dolar, sehingga tekanan jual terhadap rupiah meningkat dan nilai tukar rupiah melemah. Singkatnya, bunga deposito valas yang tinggi memicu pengalihan dana ke dolar AS, memperkuat tekanan pelemahan rupiah di pasar valuta asing.
"Media embus-embuskan bunga dolar akan empat persen. Itu otomatis merangsang keinginan untuk switch dari rupiah ke dolar," ucap Purbaya.
3. Rupiah masih bertahan di level Rp16.700 hingga sore

Pergerakan nilai tukar atau kurs rupiah menguat tipis terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Jumat, (26/9/2025). Mengutip Bloomberg, kurs rupiah ditutup menguat 11 poin atau 0,07 persen ke Rp16.738 per dolar AS.
Pagi tadi, rupiah dibuka melemah pada level Rp16.775 per dolar AS. Kemudian, pergerakan rupiah terus terjadi dengan rentang Rp16.738-16.793,5 per dolar AS. Dalam satu tahun terakhir, kurs rupiah bergerak di rentang Rp15.087-17.224 per dolar AS, dengan year to date (YTD) return sebesar 3,76 persen.