India Mau Lanjut Pembatasan Ekspor Beras hingga 2024

Kebijakan tersebut akan mengurangi perdagangan beras global

Jakarta, IDN Times - India akan mempertahankan pembatasan penjualan beras di luar negeri hingga 2024. Langkah tersebut dinilai mendekati harga tertinggi pada bahan pokok sejak krisis pangan 2008 silam.

Ini ditambah dengan pencalonan kembali Narendra Modi sebagai perdana menteri pada tahun depan. Modi telah berulang kali menegaskan untuk memperketat pembatasan ekspor, sebagai upaya mengekang kenaikan harga domestik dan melindungi konsumen India.

"Selama harga beras dalam negeri menghadapi tekanan, pembatasan kemungkinan akan tetap ada. Bahkan setelah pemilu, jika harga beras dalam negeri tidak stabil, tindakan ini kemungkinan akan diperpanjang," kata Sonal Varma, kepala ekonom untuk India dan Asia, dikutip dari The Straits Times, Senin (20/11/2023).

Prioritas utama India adalah memastikan pasokan tersedia guna mendukung program pangan gratis di negara itu yang memberikan manfaat bagi lebih dari 800 juta penduduknya.

Baca Juga: Kebakaran di Pelabuhan India Hancurkan 25 Lebih Perahu Nelayan

1. Kebijakan pangan di India

Pada awal November, Modi mengatakan bahwa kebijakan tersebut akan diperpanjang selama lima tahun. Hal ini disampaikan hanya beberapa hari sebelum serangkaian pemilu di lima negara bagian.

Juru bicara Kementerian Pangan dan Perdagangan India mengatakan pemerintah terus mengawasi harga pangan. Keputusan ekspor yang tepat akan diambil pada waktu yang tepat dengan mempertimbangkan kepentingan konsumen dan petani.

Pihaknya juga mengatakan bahwa bantuan pangan yang dicanangkan Modi penting, mengingat harga pangan terus meningkat. Di New Delhi, harga eceran beras naik 18 persen, dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara, harga gandum 11 persen lebih mahal.

New Delhi telah memberlakukan bea ekspor harga minimum. Namun, varietas beras putih giling dan nonbasmati tidak dapat diekspor. Ini mengakibatkan harga melonjak ke level tertinggi dalam 15 tahun pada Agustus, karena pembeli dari negara pengimpor yang paling rentan menahan pembelian. Beberapa diantaranya meminta keringanan.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), harga beras masih lebih tinggi pada Oktober, dibandingkan tahun lalu.

2. Dampak pembatasan ekspor beras India

India Mau Lanjut Pembatasan Ekspor Beras hingga 2024Ilustrasi beras. (unsplash.com/Wolfgang Hasselmann)

Kebijakan New Delhi pada akhirnya akan menguntungkan konsumen yang kekurangan uang di negara dengan populasi terbesar di dunia. Meski begitu, hal ini tidak berlaku bagi populasi rentan di Afrika dan Asia, di mana miliaran orang bergantung pada pasokan beras global yang berlimpah.

Munculnya El Nino, akan semakin memperketat pasar global pada saat stok beras di dunia yang sedang menuju penurunan tahunan ketiga berturut-turut. Thailand mengatakan produksi padinya kemungkinan akan turun 6 persen pada 2023-2024 akibat cuaca kering.

Pada September, inflasi beras di Filipina melonjak ke level tertinggi dalam 14 tahun terakhir, bahkan setelah ada perintah presiden untuk membatasi harga. Di Indonesia, pemerintah meningkatkan impor guna mendinginkan harga sebelum pemilu presiden tahun depan.

Dampak melonjaknya harga beras juga dirasakan oleh banyak negara rawan pangan di dunia, khususnya di Afrika Sub-Sahara. Di Nigeria, warga harus menghadapi inflasi pangan tahunan yang meningkat menjadi 30,6 persen pada September, mencatat rekor sejak Agustus 2005.

Beras yang merupakan bahan utama pembuatan jollof, kuliner populer di banyak rumah di Nigeria, melonjak 61 persen pada bulan itu.

3. Peran India sebagai eksportir beras terbesar di dunia

India Mau Lanjut Pembatasan Ekspor Beras hingga 2024Ilustrasi bendera India. (unsplash.com/Naveed Ahmed)

India merupakan eksportir beras terbesar di dunia selama beberapa tahun terakhir. Negara ini menyumbang 40 persen dari total pengiriman global pada 2022.

India memasok lebih banyak beras, dibandingkan empat pemasok terbesar lainnya, Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Amerika Serikat (AS).

Perdagangan beras global diperkirakan menurun pada 2023 dan 2024, setelah India memberlakukan larangan penjualan ekspor beras putih giling biasa sambil menerapkan tarif dan pembatasan ekspor tambahan pada Juli dan Agustus tahun ini, kata USDA, Layanan Penelitian Ekonomi Departemen Pertanian AS.

Imbasnya, harga beras global kemudian naik sebesar 12-14 persen pada akhir Juli. Harga terus merangkak naik pada Agustus, dan turun sedikit pada pertengahan September seiring dengan melambatnya pembelian karena panic buying.

Harganya yang lebih rendah dan persediannya yang melimpah, menjadikan beras India digandrungi negara-negara pembeli. Negara-negara Afrika seperti Benin dan Senegal termasuk di antara pembeli terbesarnya.

Baca Juga: Tanah Longsor Hambat Upaya Penyelamatan 40 Pekerja di Terowongan India

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya