ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)
Perry menjabarkan tiga faktor yang membuat inflasi akan lebih rendah dari prediksi sebelumnya. Pertama, adanya pengendalian harga pangan yang dilakukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda), dan juga dampak kenaikan harga BBM yang lebih rendah pada putaran kedua dan ketiga.
"Jadi salah satunya koordinasi pemerintah pusat dan daerah mengendalikan inflasi pangan, TPID, GNPIP, bahkan Bu Menteri memberikan insentif kepada para gubernur, wali kota, bupati yang bisa menurunkan inflasi pangan diberikan insentif," ucap Perry.
Kedua, stabilisasi nilai tukar rupiah (NTR) dengan tetap berada di pasar sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation melalui intervensi di pasar valas serta pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder.
"Kalau kita lihat seluruh negara mengalami dampak dari uapnya dolar. Dolar sangat-sangat super strong. Year to date sudah menguat atau apresiasi hampir 20 persen, 19 persen," kata dia.
Menurut Perry, upaya itu berhasil menjaga depresiasi NTR lebih rendah dibandingkan negara-negara lain.
Adapun faktor ketiga, upaya pengendalian inflasi dengan kenaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 125 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen.
"Keputusan ini sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi dan memastikan inflasi inti kembali ke dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023," kata Perry.