Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi Investasi
ilustrasi Investasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya sih...

  • Kontribusi terbesar PMDN hanya terjadi tiga kali dalam dua dekade terakhir

  • Penanaman modal sebagian besar terjadi di luar Jawa

  • Pemerintah perlu menjaga tren positif investasi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Lembaga independen yang fokus pada riset dan publikasi di bidang ekonomi, sosial, dan kebijakan publik Next Indonesia Center mengungkapkan, realisasi investasi atau penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada kuartal III-2025 mencatatkan rekor tertinggi dalam 18 tahun terakhir.

Data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan, realisasi investasi pada kuartal III-2025 sebesar Rp491,4 triliun. Capaian tersebut tumbuh 13,9 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya atau secara year on year (yoy).

Sementara itu, kontribusi PMDN terhadap seluruh investasi mencapai 56,86 persen yang merupakan tertinggi sejak 2007.

"Peran investor dalam negeri itu merupakan pencapaian tertinggi dalam 18 tahun terakhir,” ungkap Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center, Christiantoko, dikutip dari ANTARA, Minggu (19/10/2025).

1. Kontribusi terbesar PMDN hanya terjadi tiga kali dalam dua dekade terakhir

ilustrasi investasi (freepik.com/rawpixel.com)

Christiantoko menjelaskan, dalam 20 tahun terakhir atau sejak 2006-2025, kontribusi terbesar PMDN terhadap realisasi seluruh investasi hanya terjadi tiga kali. Pertama, pada kuartal IV-2005 sebesar 59,04 persen. Kedua, pada kuartal II-2007 sebesar 58,88 persen, dan ketiga pada kuartal III-2025 yang sebesar 56,86 persen.

Christiantoko menilai perubahan tren investasi yang terjadi ini sangat menarik. Data yang ada tersebut menunjukkan, investor dalam negeri semakin bergairah dalam menanamkan modalnya di Tanah Air dan sekaligus menggambarkan adanya rasa aman serta nyaman dalam berinvestasi. Dengan mayoritas investasi berasal dari PMDN maka perputaran modal yang terjadi akan di dalam negeri saja.

"Modalnya ditanam di sini, kemudian belanjanya pun cenderung dilakukan juga di dalam negeri, sehingga yang terbang ke luar negeri semakin minim,” kata Christiantoko.

2. Penanaman modal sebagian besar terjadi di luar Jawa

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Adapun catatan lain yang menarik adalah realisasi PMDN kali ini sebagian besar terjadi di luar Jawa. Menurut BKPM, porsinya mencapai 54,09 persen atau senilai Rp256,8 triliun dari total realisasi investasi.

Christiantoko mengingatkan pemerintah agar terus menjaga iklim investasi dengan baik karena penanaman modal merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian nasional, yang ditunjukkan melalui produk domestik bruto (PDB). Saat ini, kontribusinya sekitar 29 persen, terbesar kedua setelah konsumsi rumah tangga.

“Kalau investasi bisa didorong hingga rata-rata di atas 30 persen per tahun, peluang ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5 persen akan sangat besar,” kata dia.

Christiantoko lantas membandingkan Indonesia dengan India dan China. India mencatat rata-rata kontribusi investasi terhadap PDB sebesar 31,3 persen dengan pertumbuhan ekonomi 6,4 persen per tahun, sedangkan China mencapai 41,9 persen dan tumbuh 8,2 persen per tahun.

3. PR pemerintah jaga tren positif investasi

Ilustrasi investasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Guna menjaga tren positif tersebut, Christiantoko meminta pemerintah memastikan stabilitas politik dan sosial, serta menghindari regulasi kontra-produktif yang dapat menghambat investasi. Kemudahan perizinan dan ketersediaan energi menjadi indikator penting dalam memperbaiki Ease of Doing Business (EoDB).

EoDB yang disusun oleh Bank Dunia adalah indeks untukmengukur tingkat kemudahan berusaha di suatu negara, berdasarkan berbagai indikator regulasi dan efisiensi birokrasi yang mempengaruhi kegiatan bisnis. Christiantoko mengatakan, kemudahan perizinan dan minimnya hambatan investasi di daerah juga harus terus dijaga secara konsisten.

“Semakin besar hambatan atau semakin berbelit perizinan, maka biaya regulasi akan mahal dan berpengaruh pada efisiensi investasi,” kata dia.

Editorial Team