Rusia-Ukraina Memanas, Rupiah Dibuka Melemah ke Level Rp14.350

Rupiah juga berpeluang melemah di penutupan nanti

Jakarta, IDN Times – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada pembukaan perdagangan pagi ini, Senin (14/2/2022).

Dikutip dari Bloomberg, rupiah dibuka melemah 3 poin ke level Rp14.350 per dolar AS pagi ini. Pada penutupan sebelumnya, rupiah berada di level Rp14.347 per dolar.

Baca Juga: Yuk, Ajari Anak Menabung Sejak Dini dengan 5 Cara Ini

1. Rupiah berpeluang melemah di penutupan

Rusia-Ukraina Memanas, Rupiah Dibuka Melemah ke Level Rp14.350Ilustrasi uang, rupiah (IDN Times/Shemi)

Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut hingga penutupan perdagangan hari ini. Penyebabnya adalah karena kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan terjadinya perang di wilayah perbatasan Rusia dan Ukraina.

“Rupiah kemungkinan bisa melemah terhadap dolar AS hari ini karena kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan terjadinya perang di wilayah perbatasan Rusia dan Ukraina,” jelas Ariston.

Ariston menyebut hari ini rupiah kemungkinan tertekan ke arah Rp14.400, dengan support di kisaran Rp14.330.

2. Ancaman perang Rusia-Ukraina

Rusia-Ukraina Memanas, Rupiah Dibuka Melemah ke Level Rp14.350Prajurit Ukraina di Wilayah Donetsk, Ukraina Timur. twitter.com/inside_over

Menurut Ariston, akhir pekan lalu pemerintah AS memberikan peringatan ke warganya yang tinggal di Ukraina untuk segera meninggalkan negara tersebut karena Rusia akan segera menyerang Ukraina.

“Dan bila Rusia menyerang Ukraina, kemungkinan perang bisa membesar karena perang tersebut akan melibatkan negara-negara NATO. Perang besar akan mendorong pelemahan ekonomi global,” ujarnya.

Baca Juga: Biden dan Putin Bahas Isu Keamanan di Ukraina via Telepon

3. Pasar khawatir soal inflasi

Rusia-Ukraina Memanas, Rupiah Dibuka Melemah ke Level Rp14.350jerome Powell (Website/https://www.npr.org/)

Selain itu, Ariston menyebut kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi juga meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar. Kenaikan inflasi yang berlebihan juga akan menekan pertumbuhan ekonomi. Harga minyak mentah yang terus naik karena kekhawatiran terjadinya perang, ikut menyumbang kenaikan inflasi global.

Selain itu tekanan terhadap rupiah juga bertambah karena ekspektasi terhadap kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif meningkat. Ekspektasi ini didukung oleh data inflasi AS.

“Data inflasi konsumen AS yang dirilis pekan lalu menunjukan kenaikan yang konsisten. Kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif ini bisa mendorong penguatan dollar AS ke depan,” kata Ariston.

“Sementara dari dalam negeri, kasus baru COVID-19 yang terus naik mendekati kasus baru puncak gelombang ke-2 tahun lalu akan memberikan tekanan ke rupiah. Kasus yang terus meninggi bisa menekan aktivitas perekonomian,” lanjutnya.

Baca Juga: IHSG Senin Pagi Dibuka Melemah 24,3 Poin, 5 Saham Ini Meroket

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya