Trump Kalah Pemilu, Tiongkok Menang Perang Dagang dengan AS

Surplus perdagangan Tiongkok meningkat tajam di 2020

Jakarta, IDN Times – Tiongkok dipastikan memenangkan perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Sebab, surplus perdagangannya tahun lalu bukan hanya telah meningkat dengan AS, tapi juga dengan negara-negara lain di dunia.

Pencapaian itu dicatatkan di saat negara tersebut, seperti negara lainnya, tengah dilanda pandemik COVID-19 yang sangat menghancurkan ekonomi.

Ekonomi terbesar kedua di dunia itu menutup tahun 2020 dengan surplus perdagangan 78 miliar dolar AS pada Desember, menurut data bea cukai resmi yang dirilis Kamis (14/1/2021). Surplus keseluruhan Tiongkok untuk tahun tersebut mencapai rekor 535 miliar dolar, naik 27 persen dari 2019. Sementara itu, angka ekspor juga naik ke level tertinggi sepanjang masa.

“Di tengah semua keributan tentang pemisahan (de-coupling) dan de-globalisasi, agak tidak terduga, pandemik telah memperdalam hubungan antara China dan seluruh dunia,” tulis Larry Hu, kepala ekonom Tiongkok untuk Macquarie Capital, dalam sebuah laporan penelitian.

Baca Juga: Jelang Setahun Deal Dagang, Tiongkok Belum Penuhi Janji ke AS

1. Tiongkok diuntungkan pandemik COVID-19

Trump Kalah Pemilu, Tiongkok Menang Perang Dagang dengan ASPetugas medis dengan pakaian pelindung menerima pasien di Pusat Konferensi dan Pameran Internasional Wuhan, yang diubah menjadi rumah sakit sementara bagi pasien dengan gejala ringan akibat virus corona, di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok (ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS)

Louis Kuijs, kepala ekonomi Asia di Oxford Economics, menyebut keuntungan Tiongkok sebagian besar diperoleh dari pengelolaan pandemik COVID-19 di negara itu.

Meski wabah corona pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, yang ada di negara tersebut, namun penyebarannya yang cepat ke berbagai negara dunia juga telah membuat permintaan alat kesehatan dari Tiongkok meningkat.

Permintaan akan perlengkapan elektronik dari negara itu juga tinggi selama pandemik karena orang-orang di seluruh dunia bekerja dari rumah.

“Setelah pulih dari krisis COVID-19 nya sendiri, China terbuka untuk bisnis ketika pandemik memicu permintaan besar di AS (dan negara lain) untuk barang terkait COVID-19,” kata Kuijs, dikutip dari CNN.

2. Hubungan dagang AS-Tiongkok

Trump Kalah Pemilu, Tiongkok Menang Perang Dagang dengan ASPresiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan reli kampanye di Bandara Muskegon di Muskegon, Michigan, Amerika Serikat, Sabtu (17/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)

Di saat permintaan alat kesehatan dan elektronik dari Tiongkok meningkat, hubungan dagang negara tersebut dengan AS menjadi tidak seimbang. Surplus perdagangan Tiongkok dengan AS naik menjadi 317 miliar dolar pada 2020, meningkat 7 persen dari tahun sebelumnya.

Itu merupakan jumlah tertinggi kedua yang pernah tercatat, menurut Iris Pang, kepala ekonom ING untuk wilayah Tiongkok Raya. Jumlah itu juga hanya kurang 7 miliar dari level 2018, ketika Trump meluncurkan perang dagang sengit untuk memperbaiki apa yang disebutnya sebagai hubungan dagang yang tidak adil dengan Tiongkok.

“Dilihat dari lonjakan impor AS dari China pada tahun 2020, tampaknya adil untuk mengatakan bahwa perang perdagangan Trump dengan negara itu gagal,” kata Kuijs.

Baca Juga: 3 Warisan Politik Luar Negeri Trump untuk Biden, Pekerjaan Berat Nih! 

3. Ekonomi Tiongkok bakal terus tumbuh

Trump Kalah Pemilu, Tiongkok Menang Perang Dagang dengan ASPresiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden (www.china-embassy.org)

Tiongkok merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Beberapa hari mendatang negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping ini akan mengumumkan angka produk domestik brutonya (PDB) untuk akhir tahun 2020.

PDB Tiongkok diprediksi bakal menunjukkan hasil positif lagi. Analis secara luas memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan meningkat lebih tinggi selama tiga bulan terakhir tahun ini. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PDB Tiongkok meningkat 2,1 persen untuk seluruh tahun 2020.

“Karena (China) memainkan peran penting dalam banyak rantai pasokan dan tetap menjadi tempat yang secara fundamental sangat kompetitif untuk berproduksi, sulit untuk benar-benar “menjauh” darinya,” kata Kuijs.

Meski demikian, masa depan Tiongkok bukannya tanpa tantangan. Analis memprediksi bahwa Presiden terpilih Joe Biden kemungkinan tidak akan mengangkat tekanan yang diterima Tiongkok setelah dia menjabat minggu depan.

“Pemerintah Biden akan mengambil pendekatan yang berbeda, kurang agresif dan lebih mantap ke China,” kata Kuijs. “Tapi secara politis tidak mungkin bagi Biden untuk menghapus tarif barang-barang China dalam waktu dekat.”

Baca Juga: Indonesia Masih Sulit Ambil Manfaat dari Perang Dagang, Ini Sebabnya 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya