Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Dok. IDN Times)
Sementara itu, Chief Economist Trimegah Securities, Fakhrul Fulvan, mengatakan bahwa penguatan dolar AS terus terjadi tanpa disadari. Padahal, mayoritas transaksi internasional masih menggunakan dolar AS sebagai mata uang utama.
“Dari pasar valuta asing mengarah ke pasar AS,” ujarnya.
Menurutnya, kondisi ini menjadikan Amerika Serikat sebagai tujuan utama dalam perdagangan internasional. Fakhrul juga menyoroti kebijakan pembelian peralatan pertahanan yang lebih banyak berasal dari Prancis, meskipun harganya relatif lebih mahal dibandingkan buatan Amerika Serikat.
“Peralatan pertahanan dari Prancis terlalu mahal. Secara rasional, seharusnya kita mengalokasikan belanja peralatan pertahanan dari Prancis ke AS,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Managing Director PT Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su, mengungkapkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) global pada tahun 2024 tercatat sebesar 3,2 persen, melebihi prediksi sebelumnya yang hanya 2,8 persen.
“Jika Anda melihat pertumbuhan PDB global tahun lalu, angkanya adalah 3,2 persen. Padahal, analis dan ekonom dunia hanya memprediksi 2,8 persen,” ucapnya.
Sementara itu, PDB global tahun ini diperkirakan mengalami penurunan sebesar 0,6 persen, yaitu dari 3,2 persen menjadi 2,6 persen. Ia juga mencatat adanya perlambatan ekonomi di China, di mana pertumbuhan menurun dari 5 persen pada 2024 menjadi 4,2 persen pada 2025.
Melihat situasi tersebut, Harry menilai bahwa dunia saat ini tengah menghadapi ketidakpastian ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia harus segera mencari solusi agar perekonomian tetap tumbuh.
Menurutnya, Indonesia perlu meningkatkan daya saing untuk menarik minat investasi dari negara-negara lain. Selain itu, Indonesia juga tidak perlu terlalu bergantung pada pasar perdagangan Amerika Serikat.