Terus Merugi di Asia Tenggara, Uber Resmi Bergabung dengan Grab

Kira-kira apa inovasi terbaru Grab?

Februari lalu, berhembus kabar bahwa Uber akan menjual sahamnya ke Grab. Jika  dibandingkan pasar Amerika dan Eropa, Uber sangat jauh tertinggal dengan pesaingnya di Asia Tenggara. Bahkan, pada Pada 2016, Uber memilih angkat tangan di China dengan menjual sahamnya kepada kompetitornya, Didi Chuxing.

1. Uber resmi hengkang dari pasar Asia Tenggara

Terus Merugi di Asia Tenggara, Uber Resmi Bergabung dengan Grabgrab.com

Melansir dari money.cnn.com, Uber telah menyatakan diri untuk pergi dari pasar Asia Tenggara. Sama halnya dengan kasus di China dan Rusia, Uber terpaksa menjual sahamnya kepada kompetitornya. 

IDN Times berusaha meminta konfirmasi kepada manajemen Uber, termasuk Head of Communication Uber Indonesia Dian Safitri. Namun, tak ada jawaban apa pun darinya. Panggilan telepon, pesan elektronik melalui WhatsApp, hingga surel pun tak berbalas. 

Grab dinilai Uber cukup sukses di pasar Asia. Mereka berhasil menyebar luas di 160 kota, termasuk Indonesia. Maka dari itu, Uber akan menjual sahamnya ke Grab dan mendapat 27,5 persen saham dari Grab.

Belum pasti bagaimana kontrak kesepakan kedua belah pihak. Namun, hal ini telah dikonfirmasi pihak Grab melalui blog resminya. "Bersama Uber, kini kami berada di posisi yang semakin tepat untuk memenuhi komitmen kami untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen," kata CEO and Co-Founder Grab Anthony Tan.

Baca juga: Grab Hadirkan Fitur Chatting. Pesan Ojek (Katanya) Bakal Jadi Lebih Mudah!

2. Uber akan fokus pada pasar yang sangat potensial saja

Terus Merugi di Asia Tenggara, Uber Resmi Bergabung dengan Grabtechnoexaminer.com

Pada 2017, Uber mengalami kerugian sekitar 4,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 64,28 triliun. Kerugian ini didapat adanya kawasan yang dinilai kurang berhasil, seperti di Asia. Padahal Uber telah berinvestasi hingga 700 juta dollar AS, tetapi belum dapat memberikan hasil yang optimal.

Tidak sepenuhnya gagal, Uber tetap dapat bersaing dengan baik di Amerika Serikat, Eropa, Amerika Latin, dan Australia. Faktanya, Uber masih meraup keruntungan hingga 7,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 107,14 triliun pada 2017.

3. Uber hanya bisa digunakan hingga 9 April 2018

Terus Merugi di Asia Tenggara, Uber Resmi Bergabung dengan Grabtheguardian.com

Untuk meminimalisir disrupsi, Grab dan Uber akan bekerja sama untuk segera melakukan migrasi mitra pengemudi dan penumpang Uber serta pelanggan.

"Aplikasi Uber akan tetap beroperasi selama dua pekan ke depan untuk memastikan stabilitas para mitra Uber, di mana mereka dapat memperoleh informasi lebih lanjut mengenai persyaratan pendaftaran mitra Grab secara online," tambah Anthony Tan.

Setelah itu, era baru transportasi online akan dimulai. Menurut Anthony Tan, nantinya akan tercipta platform baru yang mempunyai efisiensi biaya di kawasan Asia Tenggara. Grab akan semakin maju untuk meningkatkan kehidupan masyarakat melalui layanan antar makanan, pembayaran, dan keuangan.

Kita nantikan saja, setelah 9 April 2018 nanti, inovasi terbaru apa yang akan dikeluarkan Grab. Melihat fenomena ini, bagaimana tanggapanmu seputar ojek online di Indonesia?

Baca juga: Grab Resmi Gabung dengan Uber, Ini 5 Fakta yang Kamu Harus Tahu

Topik:

Berita Terkini Lainnya