Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

RI Tingkatkan Impor dari AS demi Nego Trump, Mendag: Negara Lain Juga

IMG_5347.jpeg
Rapat kerja Menteri Perdagangan, Budi Santoso dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Rabu (16/7/2025). (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Intinya sih...
  • Indonesia berkomitmen meningkatkan impor dari AS senilai 34 miliar dolar AS atau sekitar Rp550,8 triliun untuk mendapatkan pemangkasan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).
  • Pemerintah memberikan penurunan tarif bea masuk mencapai nol persen atau mendekati nol persen untuk seluruh produk AS yang diimpor ke Indonesia.
  • Pengenaan tarif resiprokal justru meningkatkan daya saing produk Indonesia untuk masuk pasar AS karena tarif terendah dikenakan pada Indonesia di negara-negara ASEAN.

Jakarta, IDN Times - Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso merespons hasil negosiasi tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) yang dipangkas Presiden Donald Trump menjadi 19 persen.

Budi mengatakan, untuk mendapat kesepakatan itu, pemerintah sudah mempersiapkan posisi berunding dengan AS.

"Kita sudah melakukan mitigasi, jadi sebelum kita berunding kita sebenarnya sudah mempersiapkan posisi runding kita seperti apa," kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Rabu (16/7/2025).

1. Negara lain juga tingkatkan impor dari AS

Ilustrasi impor. (Dok. Kemenkeu)
Ilustrasi impor. (Dok. Kemenkeu)

Untuk bisa mendapat pemangkasan itu, Indonesia berkomitmen meningkatkan pembelian produk dari AS senilai 34 miliar dolar AS atau sekitar Rp550,8 triliun.

Pembelian produk itu terdiri dari produk pertanian senilai 4,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp72,9 triliun, produk energi senilai 15 miliar dolar AS atau sekitar Rp243 triliun, pengadaan 50 unit pesawat Boeing senilai 3,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp51,8 triliun, penggunaan layanan perawatan pesawat hingga 2041 senilai 11,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp181,4 triliun.

Menurut Budi, dalam proses negosiasi, semua negara melakukan hal yang sama. Untungnya, kata dia, Indonesia berhasil mendapatkan pemangkasan tarif dari Trump.

"Kami kami tadi Pak disampaikan mengenai pembelian ini, itu, dan sebagainya, sebenarnya negara lain juga melakukan. Tapi alhamdulillah mungkin dengan posisi tawar yang sama, kita mendapatkan tarif yang lebih baik," ujar Budi.

2. Produk impor dari AS yang bakal ditingkatkan memang dikenakan tarif rendah

Ilustrasi kedelai (IDN Times/Istimewa)
Ilustrasi kedelai (IDN Times/Istimewa)

Selain komitmen peningkatan impor barang dari AS, pemerintah juga memberikan penurunan tarif bea masuk mencapai nol persen atau mendekati nol persen untuk seluruh produk AS.

Menurut Budi, produk-produk yang diimpor dari AS selama ini, seperti kedelai dan gandum memang dikenakan tarif rendah sesuai ketentuan tarif most favored nation (MFN) yang ditetapkan Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).

Dalam proposal penawaran, Indonesia berkomitmen meningkatkan impor kedelai dengan volume 3,5 juta ton senilai 2,4 miliar dolar AS atau setara Rp38,8 triliun, bungkil kedelai dengan volue 3,8 juta ton senilai 1,52 miliar dolar AS atau setara Rp24,6 triliun, serta gandum dengan volume 2 juta ton senilai 500 juta dolar AS atau setara Rp8,1 triliun.

"Beberapa produk sebenarnya sekarang itu sudah ada yang nol persen. Ya jadi kalau kita impor gandum, kemudian kedelai itu juga sudah nol persen, dan kita tidak memproduksi, artinya memang kita membutuhkan produk itu," ucap Budi.

3. Jadi kesempatan bagus buat masuk pasar AS

IMG_1889.jpeg
Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Menurut Budi, pengenaan tarif resiprokal justru meningkatkan daya saing produk Indonesia untuk masuk pasar AS. Sebab, di negara-negara ASEAN, tarif terendah dikenakan pada Indonesia.

"Kalau ini sampai tanggal 1 Agustus kita masih tarifnya bagus, berarti kesempatan buat kita untuk semakin besar masuk pasar ke Amerika. Karena dulu ketika kita bersaing tarifnya sama, MFN. Sekarang dengan resiprokal berbeda-beda," ujar Budi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us