Ribuan Pekerja Tyson Texas Setujui Mogok Tuntut Upah dan Keadilan

Intinya sih...
Pekerja menuntut kenaikan upah, asuransi kesehatan, dan jaminan pensiun.
Teamsters Local 577 melaporkan pelanggaran hukum ketenagakerjaan oleh Tyson.
Mogok kerja di Amarillo berpotensi mengganggu distribusi daging sapi nasional dan internasional.
Jakarta, IDN Times - Ribuan pekerja di pabrik pengolahan daging sapi Tyson Foods di Amarillo, Texas, menyetujui rencana mogok kerja. Keputusan ini diambil setelah 98 persen anggota serikat Teamsters Local 577, yang mewakili 3.100 pekerja, memberikan suara mendukung aksi tersebut.
Pabrik Amarillo, salah satu fasilitas pengolahan daging sapi terbesar di Amerika Serikat (AS) menjadi sorotan akibat perselisihan terkait upah dan dugaan pelanggaran ketenagakerjaan. Aksi ini dinilai dapat berdampak besar pada rantai pasok daging sapi nasional.
1. Tuntutan kenaikan upah dan manfaat kerja
Pekerja menuntut kenaikan upah, asuransi kesehatan, dan jaminan pensiun. Mereka menyebut kondisi kerja di lini produksi—termasuk penyembelihan dan pengolahan daging—berisiko tinggi dan tidak sebanding dengan upah saat ini.
“Kami tidak hanya berjuang untuk uang lebih. Kami lelah melihat penderitaan pekerja,” ujar Keisha Carey, anggota Komite Negosiasi Teamsters Tyson, dikutip dari Feedstuffs.
Pabrik Amarillo memproses hingga 5.500 ekor sapi per hari dan menjadi tulang punggung distribusi daging sapi AS. Namun, pekerja merasa kontribusi mereka tidak dihargai, terlebih saat mengetahui CEO Tyson memperoleh pendapatan 525 kali lipat dari rata-rata pekerja pada 2024. Ketimpangan ini menjadi salah satu pemicu utama mogok, menurut PR Newswire.
Meski Tyson menginvestasikan 200 juta dolar AS (Rp3,2 triliun) pada 2022 untuk meningkatkan fasilitas Amarillo, termasuk area kesejahteraan pekerja, karyawan menilai investasi tersebut tidak memperbaiki kondisi kerja mereka. ABC7 Amarillo mencatat banyak pekerja merasa diabaikan, meski perusahaan mengklaim peduli terhadap kesejahteraan mereka.
2. Dugaan pelanggaran hukum ketenagakerjaan
Teamsters Local 577 telah melaporkan sejumlah pelanggaran praktik ketenagakerjaan (ULP) oleh Tyson, termasuk intimidasi terhadap pengurus serikat, pemaksaan terhadap pekerja cedera untuk mencabut klaim, serta penyebaran informasi menyesatkan terkait risiko kehilangan pekerjaan jika ikut mogok.
“Kami bernegosiasi dengan salah satu perusahaan paling serakah dan tidak bermoral di negeri ini,” kata Al Brito, Presiden Teamsters Local 577.
Menurut TT News, intimidasi dari manajemen terjadi selama bulan terakhir, termasuk ancaman pemecatan terhadap pekerja yang mengikuti mogok. Tindakan ini dinilai melanggar hukum ketenagakerjaan federal AS, dan sedang diselidiki oleh otoritas terkait. Tyson belum memberikan tanggapan resmi.
Penutupan sementara pabrik pada Kamis (26/6) dan Jumat (27/6) saat pemungutan suara dan aksi dimulai menunjukkan keseriusan pekerja, dilansir Rural Radio.
3. Dampak pada rantai pasok nasional
Mogok kerja di Amarillo berpotensi mengganggu distribusi daging sapi segar, produk khusus, dan patty hamburger ke pasar ritel dan jasa makanan di seluruh AS dan luar negeri.
“Fasilitas ini sangat penting bagi rantai pasok daging sapi. Jika pimpinan Tyson tidak menunjukkan kemanusiaan, kami terpaksa bertindak,” ujar Al Brito, dikutip dari Teamster.
Mogok ini terjadi di tengah tantangan industri seperti kekurangan ternak dan pembatasan tenaga kerja imigran yang diberlakukan selama pemerintahan Trump. Kombinasi faktor ini, menurut TT News, dapat memperparah dampak mogok terhadap perusahaan dan konsumen.
Pada 2022, Tyson mengklaim mempekerjakan 4 ribu pekerja dengan total gaji 180 juta dolar AS (Rp2,9 triliun) per tahun. Namun, serikat menyebut jumlah pekerja kini tinggal 3.100, menandakan pengurangan tenaga kerja tanpa peningkatan kesejahteraan. Feedstuffs melaporkan bahwa para pekerja berharap mogok ini mendorong Tyson bernegosiasi secara serius.