Pekerja menuntut kenaikan upah, asuransi kesehatan, dan jaminan pensiun. Mereka menyebut kondisi kerja di lini produksi—termasuk penyembelihan dan pengolahan daging—berisiko tinggi dan tidak sebanding dengan upah saat ini.
“Kami tidak hanya berjuang untuk uang lebih. Kami lelah melihat penderitaan pekerja,” ujar Keisha Carey, anggota Komite Negosiasi Teamsters Tyson, dikutip dari Feedstuffs.
Pabrik Amarillo memproses hingga 5.500 ekor sapi per hari dan menjadi tulang punggung distribusi daging sapi AS. Namun, pekerja merasa kontribusi mereka tidak dihargai, terlebih saat mengetahui CEO Tyson memperoleh pendapatan 525 kali lipat dari rata-rata pekerja pada 2024. Ketimpangan ini menjadi salah satu pemicu utama mogok, menurut PR Newswire.
Meski Tyson menginvestasikan 200 juta dolar AS (Rp3,2 triliun) pada 2022 untuk meningkatkan fasilitas Amarillo, termasuk area kesejahteraan pekerja, karyawan menilai investasi tersebut tidak memperbaiki kondisi kerja mereka. ABC7 Amarillo mencatat banyak pekerja merasa diabaikan, meski perusahaan mengklaim peduli terhadap kesejahteraan mereka.