Bahlil Jelaskan Alasan Penghentian Ekspor Listrik ke Mendag Singapura
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemerintah telah memutuskan untuk tidak mengekspor listrik energi baru terbarukan (EBT) saat ini. Hal itu berkaitan dengan upaya pemerintah yang ingin mengutamakan kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia ketika bertemu dengan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Gan Kim Yong.
"Terkait pelarangan ekspor listrik, memang sekarang kita lagi fokus untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan Bapak Presiden sedang mendorong untuk meningkatkan penggunaan EBT. Namun, saya kira bisa dibicarakan, selagi kita mendapatkan win-win solution," ucap Bahlil dalam pernyataan resmi yang diperoleh IDN Times, Rabu (1/6/2022).
Baca Juga: Sri Mulyani: Larangan Ekspor Batu Bara agar Listrik RI Tak Padam
1. Singapura tetap ingin impor listrik dari Indonesia
Kendati begitu, Gan Kim Yong mengatakan, pihaknya ingin tetap mengimpor listrik dari Indonesia. Oleh karena itu, Yong bakal berusaha menemukan solusi yang baik antara kedua negara terkait hal tersebut.
"Terkait impor listrik, saya tahu Bapak Menteri memiliki resistensi terhadap impor listrik, namun kita bisa mencari win-win solution terhadap hal ini. Saya harap Indonesia dan Singapura dapat bekerja sama ke depan, khususnya terkait dengan ekonomi maupun bidang lainnya," kata Yong.
2. Pemerintah juga fokus pada hilirisasi industri
Selain menjelaskan alasan untuk tidak mengekspor listrik EBT, Bahlil juga turut menyampaikan fokus Pemerintah Indonesia pada hilirisasi industri.
Editor’s picks
Bahlil juga menerangkan tentang keinginan Pemerintah Indonesia untuk memberikan nilai tambah bagi industri manufaktur, terutama untuk komoditi mineral.
Mantan Ketua HIPMI tersebut menyampaikan, Indonesia telah berhasil menghentikan ekspor ore nikel yang telah diinisiasi sejak 2020 lalu. Indonesia pada tahun ini juga memutuskan untuk menghentikan ekspor bauksit dan timah pada 2023 mendatang.
"Ini peluang bagi kita bersama dalam rangka hilirisasi. Belajar dari nikel, kita terlambat memulai sehingga dikalahkan oleh China. Tapi untuk bauksit dan timah, saya belum buka ke negara manapun. Kalau ini cocok, kita akan menjadi pemain dunia, khususnya untuk timah," tutur Bahlil.
3. Singapura mengapresiasi komitmen Indonesia dalam hilirisasi industri
Sementara itu, Gan Kim Yong memberikan apresiasinya terhadap komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan hilirisasi industri tersebut.
Yong pun mengungkapkan, pihaknya tertarik menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi di Indonesia khususnya di sektor kesehatan, ekonomi digital, dan ekonomi hijau dalam rangka mewujudkan industri yang berkelanjutan.
Di mata Yong, Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik setelah pandemik COVID-19, kendati masih ada ketidakpastian global akibat konflik Rusia dan Ukraina.
"Ini adalah kunjungan pertama saya ke Indonesia. Saya yakin ekonomi Indonesia dapat pulih ke depannya," ujar dia.
Sebagai informasi, data Kementerian Investasi/BKPM menunjukkan bahwa realisasi investasi asal Singapura sejak tahun 2017 hingga Maret 2022 mencapai 45,1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dan menempati peringkat pertama realisasi investasi PMA di Indonesia.
Sementara khusus untuk periode Januari-Maret 2022, realisasi investasi asal Singapura di Indonesia mencapai 3,6 miliar dolar AS. Realisasi investasi asal Singapura di Indonesia untuk periode 2017-2021 didominasi pada sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran, serta sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi.
Baca Juga: Imigrasi Tolak 463 WNA di Soetta Sepanjang 2022, 11 dari Singapura