Dewacoco Bikin Bahan Bakar Biomassa dari Sabut Kelapa

Dewacoco baru meresmikan pabrik di Goal, Halmahera Utara

Jakarta, IDN Times - Energi terbarukan kini mendapat perhatian dari pihak swasta, tak hanya pemerintah. Salah satunya adalah PT Dewa Agricoco Indonesia (Dewacoco) yang tengah fokus mengembangkan bahan bakar biomassa limbah sabut kelapa.

Melalui pabriknya di Goal, Maluku Timur, seluas 58 hektare yang baru diresmikan, Dewacoco menghasilkan bahan bakar tersebut. Hal itu pun menjadikan Dewacoco sebagai perusahaan netral karbon.

"Dewacoco jadi perusahaan satu-satunya di dunia penghasil bahan bakar biomassa dari limbah sabut kelapa," kata Founder JHL Group, Jerry Hermawan Lo, dalam pernyataan resmi yang diterima IDN Times, Jumat (17/11/2023).

Baca Juga: Cerita Febri, Bikin Sabut Kelapa Jadi Kaligrafi yang Datangkan Cuan

1. Proses awal menghasilkan bahan bakar biomassa limbah sabut kelapa

Dewacoco Bikin Bahan Bakar Biomassa dari Sabut KelapaPabrik Dewacoco di Goal, Halmahera Timur (dok. Dewacoco)

Proses menghasilkan energi terbarukan itu diawali dari timbunan kelapa varietas berumur tiga bulan yang telah disortir. Kelapa tersebut kemudian diangkut para pekerja untuk masuk tahap dehusking atau memisahkan sabut dengan tempurung.

Tempurung kelapa kemudian masuk proses pengolahan lanjutan, sedangkan sabut dipadatkan menjadi briket untuk dijadikan bahan bakar biomassa.

Briket sabut kelapa itu kemudian dibakar di suhu tinggi tanpa oksigen sehingga material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas atau proses yang disebut pembakaran pirolisis.

"Saat ini Dewacoco sudah menghasilkan 1 megawatt untuk menyuplai listrik di perusahaan. Analogi sederhananya, jika satu rumah punya besaran daya 2.000 watt maka akan bisa menyuplai untuk 500 rumah dari situ," kata CEO Dewacoco, Arthur Pelupessy.

Baca Juga: Ketika Limbah Plastik dan Sabut Kelapa Sawit Dipakai Perkerasan Jalan

2. Dewacoco bakal tingkatkan kapasitas biomassa

Dewacoco Bikin Bahan Bakar Biomassa dari Sabut KelapaDewacoco membuat bahan bakar biomassa berbahan sabut kelapa (dok. Dewacoco)

Dewacoco, sambung Arthur, berharap kapasitas biomassa bisa ditingkatkan agar bisa bermanfaat untuk masyarakat setempat.

Arthur juga berharap agar Dewacoco dapat memberikan manfaat secara ekonomis, memacu energi keberlanjutan, dan membangun kesadaran bersama tentang perbaikan lingkungan baik di masyarakat sekitar pabrik sampai ke seluruh dunia.

"Proses membangun kesadaran bersama tentang lingkungan tersebut nyatanya telah dilakukan Dewacoco dengan tak ada satu pun sampah (waste) tersisa," ujar Arthur.

Baca Juga: Potensi Biomassa Indonesia Mampu Hasilkan Listrik 56,97 Gigawatt

3. Cara Dewacoco menangani limbah

Dewacoco Bikin Bahan Bakar Biomassa dari Sabut KelapaPara pekerja perempuan di Dewacoco tengah memisahkan kulit kelapa berwarna cokelat muda dengan daging kelapa. (dok. Dewacoco)

Setelah sabutnya menjadi briket untuk bahan bakar biomassa, selanjutnya tempurung masuk ke tahap dewatering untuk diambil air. Selanjutnya, tempurung kelapa akan dipisah dari batoknya untuk dijadikan charcoal atau arang.

Sementara itu, kulit kelapa berlanjut di tahap paring. Arthur mengatakan, para pekerja yang kebanyakan perempuan secara manual akan memisahkan kulit kelapa berwarna cokelat muda dengan daging kelapa.

Adapun bagian kulit kelapa itu kemudian diolah menjadi coconut paring oil. Setelah itu, daging kelapa dipisah dengan bagian ari.

Ari kelapa tersebut selanjutnya akan diproses menjadi Crude Coconut Oil (CCO) yang diproses pada suhu relatif rendah.

"Ari kelapa diperas menjadi santan lalu dipanaskan dengan suhu relatif rendah untuk lebih lanjut difermentasi, pendinginan, penambahan enzim, dan masuk tahap sentrifugasi," kata Arthur.

Sesudah ari kelapa diubah menjadi CCO, bagian dagingnya kemudian masuk ke tahap drying diubah menjadi desicated dan tepung. Deiscated kelapa tersebut didistribusikan menjadi bahan pangan, tetapi dapat pula menjadi bahan untuk pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO).

Arthur pun berharap pihaknya mampu meningkatkan nilai kelapa tak hanya menjadi kopra kering, tetapi juga menjadi VCO, CCO, Coconut Paring Oil, Charcoal, Desicated, tepung, hingga briket sabut kelapa sebagai bahan bakar biomassa.

Sebagai informasi, kelapa adalah salah satu komoditas strategis dari sub-sektor perkebunan di Halmahera Barat. Data KAPITA pada 2021 menyebutkan, perkebunan kelapa di Halmahera Barat dengan luasan 31 hektare mampu menghasilkan 35 ton kopra kering.

Topik:

  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya