Dorong Bisnis Berkelanjutan, Kolaborasi Jadi Kunci
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Perubahan iklim saat ini menjadi isu yang banyak dibicarakan di berbagai kalangan. Berbagai sudut pandang memiliki pendapat sendiri soal bagaimana menghadapi perubahan iklim yang terjadi di dunia.
Hal itu yang kemudian menjadi alasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Indonesia Investment Authority (INA), Bank Mandiri, McKinsey & Company, WongPartnership LLP, Jejakin, Plataran Indonesia, dan Makes & Partners menggelar roundtable discussion di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, Rabu (13/9/2023).
"Dalam diskusi ini, disimpulkan bahwa seiring dengan meningkatnya keseriusan Indonesia dalam menghadapi risiko perubahan iklim, pelaku usaha di Indonesia berharap kerangka regulasi yang ada dapat menjadi pedoman untuk mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan dan inovasi bisnis yang mendukung keberlanjutan lingkungan (environmental sustainability) dalam kerangka prinsip Environmental, Social and Governance (ESG)," tutur Managing Partner Makes & Partners, Yozua Makes kepada awak media.
Baca Juga: Perubahan Iklim Ancam Gerus Penghasilan Masyarakat
1. Perubahan iklim dari sisi hukum
Yozua menambahkan, perkembangan dan tanggapan terhadap isu perubahan iklim dan green energy dalam praktik hukum berjalan dengan sangat cepat.
Sejak awal 2000-an, hal itu sudah dimulai dengan penerapan good corporate governance (GCG) dan sekarang berubah menjadi penerapan environmental social governance (ESG).
"Penerapan ESG oleh sektor usaha semakin relevan dan dapat secara signifikan membantu perusahaan menjalankan kegiatan usaha yang lebih ramah lingkungan, memperoleh pendanaan yang efisien, dan mendapatkan valuasi bisnis yang lebih baik," ucap Yozua.
Baca Juga: Perubahan Iklim, Sejumlah Wilayah Pulau Jawa Alami Kekeringan
2. Perubahan iklim dari sisi investasi
Dari sisi investasi, Deputy CEO INA, Arief Budiman menyampaikan para investor telah menaruh perhatian lebih terhadap sektor green investment dan green finance.
Hal itu kemudian membuat INA mulai menjadikan green investment dan green finance sebagai prioritas.
"INA telah menetapkan energi hijau dan transformasi sebagai salah satu sektor investasi prioritasnya dengan fokus mendukung transisi energi menuju energi terbarukan di Indonesia," ujar Arief.
Baca Juga: Perubahan Iklim Asia Tenggara Tak Bisa Diredam Tanpa Kolaborasi
3. Kolaborasi jadi kunci
Adapun dari perspektif bisnis, perubahan iklim bisa ditangani lewat kolaborasi. Kolaborasi tersebut pun bisa dilakukan di berbagai sektor, salah satunya pariwisata.
"Kolaborasi merupakan kunci di beberapa sektor seperti pariwisata, serta adanya urgensi untuk melakukan edukasi bagi para pemangku kepentingan," ujar Chief Strategy Officer Plataran Indonesia, Anandita Makes.