Laba Bersih Vale Indonesia Meroket 207 Persen Secara Kuartalan

Vale Indonesia (INCO) raup laba bersih Rp1,45 T pada Q1 2023

Jakarta, IDN Times - Emiten tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menorehkan pertumbuhan laba bersih hingga 207 persen secara kuartalan atau quarter on quarter (qoq) pada kuartal-I 2023. Laba bersih INCO tercatat mencapai 98,1 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp1,45 triliun.

Sebagai informasi, produksi nikel dalam matte INCO pada kuartal-I 2023 21 persen lebih tinggi dibandingkan dengan periode sama tahun lalu seiring dengan telah diselesaikannya pembangunan kembali Furnace empat tahun lalu.

Adapun salah satu penyebab meroketnya laba bersih Vale secara kuartalan adalah tingginya harga nikel selama tiga bulan pertama 2023.

"Pada kuartal-I 2023, harga nikel berada pada level yang menguntungkan dan mendorong perseroan untuk membukukan laba bersih yang kuat, sebesar 98,1 juta dolar AS, meningkat 207 persen dibandingkan dengan laba bersih triwulan sebelumnya," ucap CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia, Febriana Eddy, dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (27/4/2023).

Baca Juga: Presiden Jokowi Saksikan PT Vale Teken Kontrak Rp67 Triliun Lebih

1. Pendapatan INCO juga alami kenaikan

Laba Bersih Vale Indonesia Meroket 207 Persen Secara Kuartalanilustrasi laba bersih (IDN Times/Aditya Pratama)

Sejalan dengan hal tersebut, pendapatan INCO selama kuartal-I 2023 turut mengalami kenaikan sebesar 19 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Penyebab tumbuhnya pendapatan tersebut adalah harga realisasi rata-rata grup yang tumbuh 18 persen lebih tinggi dibandingkan kuartal-I 2022. Selain itu, Vale juga diuntungkan oleh turunnya harga komoditas energi.

Pada kuartal-I 2023, pendapatan INCO mencapai 363,18 juta dolar AS atau senilai Rp5,34 triliun. Capaian tersebut meningkat 54,49 persen bila dibandingkan kuartal-I 2022.

Sementara itu, beban pokok pendapatan grup mengalami kenaikan sebesar 60,33 persen dari 142,35 juta dolar AS pada kuartal-I 2022 menjadi 228,2 juta dolar AS pada kuartal-I 2023. Namun, jika dibandingkan dengan kuartal-IV 2022, beban pokok INCO justru turun 9 persen.

Baca Juga: Jokowi: Saya Minta Seluruh Perusahaan Tambang Copy PT Vale Indonesia

2. Penurunan biaya

Laba Bersih Vale Indonesia Meroket 207 Persen Secara KuartalanIlustrasi Grafik Penurunan (IDN Times/Arief Rahmat)

Selama kuartal-I 2023, Vale mengalami penurunan biaya yang disebabkan lebih rendahnya harga komoditas. Selain itu, penurunan biaya tersebut juga didorong oleh disiplin pengelolaan biaya dan upaya berkelanjutan Vale dalam meningkatkan produktivitas dalam proses bisnis.

INCO sendiri mampu melakukan efisiensi lewat turunnya harga komoditas energi seperti High Sulphur Fuel Oil (HSFO) dan batu bara. Harga HSFO dan batu bara pada kuartal-I 2023 lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Data Vale menunjukkan, harga rata-rata HSFO per barel dan harga rata-rata batu bara per ton pada kuartal-I 2023 secara berturut-turut adalah 77,44 dolar AS dan 466,22 dolar AS.

"Sejak September 2022, sebagai langkah antisipasi terhadap kenaikan harga batu bara yang signifikan di tahun 2022, perseroan tetap menggunakan HSFO sebagai sumber energi utama untuk burner pada kuartal-I 2023," kata Febriana.

Baca Juga: Punya Prosedur ESG yang Baik, Bos PT Vale: Banyak yang Mau Copy Paste

3. EBITDA dan belanja modal INCO

Laba Bersih Vale Indonesia Meroket 207 Persen Secara KuartalanPT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Rabu (29/3/2023). (IDN Times/Uni Lubis)

Vale membukukan EBITDA sebesar 173,58 juta dolar AS dan mengeluarkan sekitar 58,2 juta dolar AS untuk belanja modal pada kuartal-I 2023. Hal itu menyusul peletakan batu pertama untuk Proyek Morowali pada Februari 2023. INCO dan mitra terus melaksanakan pekerjaan di lapangan, baik di lokasi tambang maupun di pabrik pengolahan.

Kemudian, sebagai bagian dari program sosial dan strategi ketenagakerjaan, INCO memberikan pelatihan keterampilan kepada masyarakat di Kabupaten Morowali dan Pomalaa.

"Ha itu untuk memberdayakan dan menyiapkan mereka agar memiliki kesempatan bekerja di proyek-proyek kami. Kami memperkirakan akan mengeluarkan sebesar 132,2 juta dolar AS untuk belanja modal keberlanjutan dan 585 juta dolar AS untuk proyek pertumbuhan (baik tambang maupun penyertaan modal) sepanjang tahun 2023," tutur Febriana.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya