[WANSUS] Farian Kirana: Lion Parcel Sanggup Bertahan Kala Pandemik

Lion Parcel luncurkan fitur JAGOPACK

Jakarta, IDN Times – Chief Executive Officer (CEO) Lion Parcel, Farian Kirana merasa bahwa ada perubahan kebiasaan masyarakat dalam menggunakan jasa ekspedisi logistik.

Ongkos kirim (ongkir) murah menjadi salah satu pertimbangan masyarakat dalam menggunakan sebuah jasa ekspedisi. Hal itu yang kemudian menjadi dasar Lion Parcel meluncurkan program terbarunya yang bernama JAGOPACK.

"Kami menyadari bahwa ada perubahan habit yang terjadi selama COVID-19 di mana mereka (masyarakat) nggak mau cepat, tapi ongkir murah apalagi mengirim dalam jumlah besar dengan waktu yang agak lama nggak apa-apa," kata Chief Executive Officer (CEO) Lion Parcel, Farian Kirana, kepada awak media dalam konferensi pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Untuk mengetahui bisnis Lion Parcel selama pandemik COVID-19 dan juga fitur layanan JAGOPACK, IDN Times melakukan wawancara khusus dengan Farian Kirana. Berikut ini rangkuman wawancara khusus tersebut.            

Bagaimana Lion Parcel bisa bertahan dalam menjalankan bisnis pengiriman paket di tengah pandemik?

[WANSUS] Farian Kirana: Lion Parcel Sanggup Bertahan Kala PandemikLogo Lion Parcel - (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Kalau buat kita di pengiriman sebenarnya pandemik ini oke. Maksudnya demand jadi naik, tapi dari sisi suplai kita bermasalah karena kan kalau dulu Lion Parcel identic dengan Lion Group, kita banyak pakai flight. Nah dari pesawat itu kan banyak flight semasa pandemik karena terutama pemerintah sangat concern dengan travel itu jadi banyak yang diubah-ubah kebijakan dan membuat on/off flight yang bikin kita agak lebih sulit.

Dari sisi demand gak ada issue, tetapi dari sisi suplai lebih menjadi concern dan terakhir health of employees kita punya tim karena penanganan COVID-19 waktu awal-awal tahun lalu masih belum fasih, masih meraba, tes pun masih bisa false negative, false positive pada saat itu dan memang terutama kita lihat, logistik adalah jenis sektor usaha yang boleh bergerak oleh pemerintah dan kita di beberapa tim emang gak bisa WFH seperti customer service, operation, tim claim semuanya on.

Kita juga gak bisa bikin ibaratnya suatu pengecualian, karena pasti nanti gak adil dan dari situ kita lihat ujungnya semua masuk. Begitu ada satu yang kena COVID-19, kita bingung mau tracing ke waktu kapan, seminggu atau dua minggu ke belakang, ataukah karantina semua ataukah dites semua nah itu akhirnya yang jadi pembelajaran buat kita.

Nah pada awal 2021 kita bikin program vaksinasi, tapi nggak semua karyawan mau divaksinasi karena pada saat itu masih takut. Ada yang memang karena kepercayaan, ada yang karena health issue. Nah itu yang bikin waktu itu baru 60-an persen batch pertama sampai kita bikin 3-4 batch dan baru per hari ini (4 Oktober) hampir 100 persen vaksin.

Kita juga banyak tenaga bantuan outsourcing, kan gak semua kita bilang kita punya karyawan sendiri karena banyak yg kita rotasi juga, makanya kita punya outsourcing. Nah outsourcing ini pada saat itu juga belum vaksin karena yang diutamakan karyawan sendiri, tetapi mereka tetap masuk ke kantor dan itu bikin terakhir waktu second wave karena dari outsourcing nah dari situ langsung kita bikin program outsourcing juga vaksin.

Jadi lebih kayak business as unusual, kayak enggak ada text book-nya harus ngapain, gak pernah bisa tanya orang ini bagusnya gimana karena semua juga bingung bagaimana menghadapinya, tapi memang kalau dari sisi demand gak ada isu. Secara bisnis kita dari tahun lalu ke tahun ini masih bisa growth 55 persen. Ya Alhamdulillah nggak semua bisnis kan bisa tumbuh, apalagi bertahan aja sekarang sulit. Kira-kira begitu.

Apa alasannya kemudian mulai menjadikan jalur darat sebagai produk terbaru Lion Parcel?

[WANSUS] Farian Kirana: Lion Parcel Sanggup Bertahan Kala PandemikCMO Lion Parcel, Kenny Kwanto, dalam peluncuran JAGOPACK, Senin (4/10/2021) - (IDN Times - Ridwan Aji Pitoko)

Kita memang selama ada larangan penerbangan yang pemerintah sudah beritahukan sejak jauh hari. Itu bikin kita jadi ya oke kita dikasih waktu untuk prepare, tetapi yang second wave pas Juli itu gak ada aba-aba, tahu-tahu sekeliling kita kena, pada takut, dan semua di berita diinformasikan 50 ribu kasus sehari, itu gak mudah ya.

Nah, dari situ baru kita lihat bahwa sebenarnya banyak yang kita jadikan rute. Waktu itu cuma rute sementara supaya bisa jalan, eh tahu-tahu kita lihat sekarang kayaknya tetap bagus secara pengiriman, reliable, dan lebih murah. Terus kenapa nggak kita jadikan produk sendiri aja?

Itu aja yang kita jadikan, dari satu krisis kita coba handle eh malah jadi insight buat kita. Inovasi baru yang dengan trucking ternyata Jakarta sampai Medan masih bagus SLA-nya dan harganya jauh lebih kompetitif sehingga kita pikir kenapa gak kita jadikan produk terpisah.

Jangan menganggu yang memang kebutuhan orang untuk penerbangan dengan mengganti semuanya ke darat. Tetapi kita lihat ternyata ada market yang gak butuh secepat itu, gak butuh next day, tapi gue tetap butuh ya gak selama seminggu juga tapi yang penting harganya lebih murah.

Kita lihat di tengah pandemik ini justru industri-industri yang naik itu adalah home industry. Itu naik sekali, kita kayak ada pengiriman make-up, madu, kesehatan itu naik banget jadi mereka-mereka ini membutuhkan pengiriman dari distributor ke reseller atau dari reseller-reseller lain.

Apa saja kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan bisnis di tengah pandemik?

[WANSUS] Farian Kirana: Lion Parcel Sanggup Bertahan Kala PandemikIlustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebetulnya yang paling kita concern adalah kepastian terhadap pelanggan. Jadi waktu setiap kali pandemik naik lagi, flight itu pasti turun nah ketika flight turun, ibaratnya janji kita ingkar karena kan biasanya kita planning flight besok, tahu-tahunya pakai flight lusa.

Terus ada beberapa rute terutama ke timur yang belum recover sebagus barat. Nah itu, yang kemudian kami anggap sebagai kesulitan bersama. Dengan penutupan rute, lalu kita punya kepastian juga jadi terdampak. Dari sisi operation lah terutama makanya dari situ kita harus kuatkan dari sisi service.

Hal-hal apa saja yang menjadi pembeda antara Lion Parcel dan perusahaan jasa ekspedisi lainnya di Indonesia?

Sebetulnya mereka punya target market masing-masing. Jadi kalau misalkan kita lihat banyak competitor kita fokus main di e-commerce, kita memang juga ada di e-commerce, tetapi itu porsinya lebih kecil dibandingkan kita punya retail. Kita punya direct ke agen-agen ataupun kita direct pick up ke seller atau direct pick up ke corporate kita punya customer.

Jadi, dari masing-masing target market itu kita punya target produk sendiri. Misalnya orang main e-commerce pasti lebih fokusnya ke Jakarta-Jakarta, tapi kalau kita gak, kita lebih ke distributor ke reseller. Bahkan ibaratnya orangnya jual lewat e-commerce juga ujungnya, cuma sumber barangnya dari Jawa misalkan. Nah itu pengiriman awal dari luar negeri pakai kita dulu baru nyampe di kota seller misalnya di Medan, Yogyakarta, atau Jawa Timur itu barangnya sampai duluan baru mereka jual online.

Retail kita sendiri itu hampir 70 persen, corporate 25 persen, dan sisa lima persenan itu adalah yang online dari e-commerce. Ada banyak corporate juga misal Lazada dan Zalora itu kita kategorikan sebagai corporate customer juga karena yang kita bilang e-commerce itu adalah yang C2C, bukan yang dari satu warehouse.

Pengiriman terlambat, salah alamat, ongkos kirim mahal jadi beberapa persoalan utama jasa ekspedisi. Bagaimana Lion Parcel mengatasi itu? Apa saja solusinya yang telah ada sampai sekarang?

[WANSUS] Farian Kirana: Lion Parcel Sanggup Bertahan Kala PandemikIlustrasi paket hadiah untuk calon mertua (pexels.com/Liza Summer)

Kalau untuk masalah ongkir mahal itu makanya kita luncurkan JAGOPACK, tetapi kalau pengiriman yang namanya salah alamat, salah antar itu tidak bisa dihindari. Karena kalau di Indonesia kan gak pakai kode pos yang bahkan beda satu kode pos beda pulau, itu yang kebanyakan terjadi dan gak bisa dijadikan acuan.

Of course mereka semua tulisan tangan alamat, dari tulisan tangan alamat. Lalu juga ketika mereka pengantaran kadang kan ada yang dapat alamat pakai patokan-patokan. Indomaret jadi patokan, masjid jadi patokan gitu lho.

Itu gak bisa dihindari, tetapi sebetulnya yang jadi masalah bukan itu. Of course kita meminimalisir eror pasti, tapi yang utamanya bukan hanya meminimalisir, tetapi adalah ketika kita meresponsnya, how we handle it. Itu gak bisa dihindari yang namanya salah alamat segala macam, tetapi ketika customer nanya berapa lama resolusinya nah itu yang Lion Parcel punya, ingin secara internal terus melakukan perbaikan di segala sisi, flow information.

Jadi kalau pengiriman barang itu ada yang physical flow dan ada juga yang flow information nah flow information ini yang penting. Kita ini punya satu sistem, satu kurir di Papua pun dia update-nya di satu sistem yang kita bilang satu mother system, semua orang dari Aceh dan Papua melihat ke sistem itu seperti istilahnya cloud information. 

Apa saja yang jadi target Lion Parcel tahun ini? Apakah sudah tercapai dan bagaimana strategi yang dilakukan untuk mencapainya?

Jadi pastinya pertama yang belum tercapai adalah kita punya target penjualan atau omzet lah karena waktu awal tahun kita sudah terlalu optimis melihat COVID-19 ini, begitu sudah vaksinasi kita waktu itu berpikir COVID-19 ini selesai. Kita fokuskan vaksinasi ternyata second wave terjadi, COVID-19 delta varian terjadi dan itu yang bikin kita ada turun naiknya juga ternyata tahun ini. Nah itu kita lihat di Mei dan Juli yang ketika flight bermasalah.

Nah kita menghadapi Desember kita takut, kita takut ketika nanti ada penerbangan terganggu lagi atau liburan dihalangi gitu lho. Itu yang kita bikin makanya gimana caranya punya produk yang bisa digenjot di Q4 ini tapi nggak tergantung dengan eksternal. Nah itu makanya Jagopack ini, kita rencana mau mengejar ketertinggalan kita dengan Jagopack ini, kira-kira begitu.

Kalau yang sudah tercapai terutama lebih banyak dari sisi kita punya servis. Kita selalu bilang bagaimana kalau krisis, kita memang lagi krisis lagi jelek tapi kita apa yang bisa perbaiki kitra perbaiki, termasuk resolution time. Tim yang kita masukkan ke situ jadi kita lebih perkuat apa yang bisa kita kontrol pada saat itu sehingga setelah krisis kita lebih bagus dari prakrisis. 

Apa yang menjadi target Lion Parcel tahun depan? Apa saja strategi yang disiapkan?

Kita belajar dari tahun lalu, kita bikin target yang melihat kondisi juga. Kalau dengan kondisi sekarang, dengan rate COVID-19 per day, ini kita balikin ke COVID karena memang sangat berdampak ya. Begitu COVID sekarang per day di bawah 5.000, 2.000. 3.000 dan tidak ada varian baru yang muncul, mudah-mudahan tidak ada serta vaksinasi berjalan lancar kita pikir tahun depan kita optimistis.

Cuma kita juga menyiapkan target konservatif. Target yang lebih middle karena kita melihat takutnya ada yang terjadi yang gak bisa kita prediksi.

Nah, dari situ makanya next year target-target kita adalah pastinya fokus menutupi kekurangan kita. Pasti ada yang belum kita bagus, kita fokus perbaikan terus. Dan terutama kita ada rencana ekspansi ke bisnis-bisnis lainnya terutama kayak, ya ada beberapa business in mind, masih logictic sector juga tapi yang mensuplemen main business juga. Dan langkah IPO masih tetap masuk rencana 2023.

2022 kita akan lebih ke persiapan. Infrastruktur sudah benar dan 2022 kita harapnya lebih serius berbicara dengan ya mungkin underwriter, dengan legal agar kita punya perapian pembukuan. 

Bagaimana Lion Parcel memandang kompetitor di bisnis ekspedisi?

Jadi kalau kita lihat dari yang luar, perusahaan-perusahaan misalnya di China ataupun yang di internal kita, domestik memang reguler masih paling yang tinggi, tapi setelah reguler itu bukannya next day, justru ekonomis dulu.

Jadi orang itu lebih karena regularnya sudah cepat ya kadang-kadang next day. Paling lama ya dua hari, kadang kalau mereka bayar next day ibaratnya ketika terjadi apa apa dua hari juga. Mereka bayar lebih juga gak terasa worth it. Kalau bayar regular, tapi sampai besok kan happy.

Nah itu yang kita lihat makanya kalau di luar juga semua rata-rata pengiriman reguler pasti tetap yang paling gede karena itu deafult-nya. Orang berpikir daripada ini daripada ini dia ambil yang tengah, tapi kedua setelah itu ya yang ekonomis.

Apa saja fitur utama dalam layanan JAGOPACK?

[WANSUS] Farian Kirana: Lion Parcel Sanggup Bertahan Kala PandemikLion Parcel meluncurkan layanan JAGOPACK, Senin (4/10/2021) - (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Fitur utama JAGOPACK, pertama pastinya murah. Kalau di udara banyak pengiriman yang termasuk dangerous. Nah kita di JAGOPACK bisa semua karena bisa menggunakan moda yang non-aero.

Nah itu salah satu yang menjawab kebutuhan-kebutuhan karena kayak kemarin ada orang mau kirim motor, kalau lewat udara itu ya susah, tapai pakai truk bisa dan ketiga kita punya JAGOPACK dapat semua benefit dari apa yang kita miliki sebelumnya.

Apa saja tips sukses menjalankan bisnis dari seorang Farian Kirana?

Yang pertama tentu agak old school berkaitan dengan mental ya. Kayak lu kalau jalanin bisnis waktu semuanya good. Gak perlu lu yang lulusan universitas ternama apa segala macam, tapi begitu menjalankan kompetisi, jalanin namanya kondisi ya berubah-berubah dan kondisi yang kita nggak bisa lihat kayak pandemik ini. Itu pertama, mental dulu.

Kedua lu butuh tim. Kalau saya prinsipnya lu harus tahu dulu mau menuju apa, visinya, lalu tim. Ketiga lu satuin poin satu dan dua. Tim ini jadi satu paling penting, jangan sampai nanti jadi bisnisnya karena pertemanan, titipan keluarga itu yang jadi lebih hancur, benar-benar dilihat profesionalitasnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya