[WANSUS] Industri Properti Cerah, Rusmin Lawin: Jangan Tiru Elon Musk

2023 bakal jadi tahun pemulihan industri properti Indonesia

Jakarta, IDN Times - Properti jadi sektor yang terkena pukulan hebat ketika pandemik COVID-19 menyerang Indonesia 2020 silam. Sejak saat itu, pasar properti terus mencoba bangkit seiring dengan pemulihan ekonomi di dalam negeri.

Terpuruknya industri properti ketika pandemik COVID-19 memberikan dampak cukup berat bagi banyak pihak. Tak heran jika kemudian pemerintah turut memberikan insentif untuk sektor tersebut selama pandemik lalu.

Hasilnya, industri properti perlahan menggeliat kembali dalam dua tahun terakhir. Nah, untuk mengetahui sejauh apa pertumbuhan pasar properti sejak 2020 hingga saat ini, IDN Times telah mewawancarai Wakil Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Bidang Hubungan Luar Negeri sekaligus President FIABCI Regional Asia Pacific, Rusmin Lawin.

Berikut isi wawancara lengkapnya:

Baca Juga: Isu Resesi, Crazy Rich Diprediksi Akan Borong Properti 

Bagaimana pasar properti Indonesia sejak pandemik COVID-19 (2020) sampai saat ini?

[WANSUS] Industri Properti Cerah, Rusmin Lawin: Jangan Tiru Elon MuskIlustrasi properti. IDN Times/Hana Adi Perdana

Memang kalau kita lihat secara overall kan, setahun pertama kena COVID-19 benar-benar dari Maret (2020) sampai 2021, tidak bergeraklah, kecuali industri-industri yang spesifik seperti kesehatan, logistik, medical itu yang jalan kan. Tapi, beruntungnya tahun kedua setelah pandemik itu artinya 2021 ke 2022, pertumbuhan properti segmen tertentu memang sangat signifikan terutama yang namanya rumah subsidi.

Itu 80 persennya kita di situ grow-nya dan cukup signifikan. Karena orang sadar bahwa memang ternyata rumah adalah kebutuhan penting dan karena kita berhasil meyakinkan pemerintah. Pemerintah memberikan insentif seperti pajak ditanggung negara itu akhirnya memberikan peluang, memberikan awareness, memberikan ketukan pintu yang cukup magic kepada para millennial bahwa saatnya membeli rumah.

Memang ada beberapa sektor dan sub-sektor yang terpukul seperti office, karena orang tidak ke sana. Kemudian hotel, mall, tapi sekarang sudah mulai reborn. Residensial dan logistik pertumbuhannya sangat pesat sekali. Dan ada beberapa niche market yang tumbuh seperti data center, tapi tidak signifikan secara overall, tapi pertumbuhan persentasenya luar biasa, 100 persen sampai 200 persen.

Bagaimana kondisi pasar landed house (rumah tapak) kelas middle up?

[WANSUS] Industri Properti Cerah, Rusmin Lawin: Jangan Tiru Elon MuskIlustrasi perumahan. (Dok. Kementerian PUPR)

Kalau Botabek di bawah harga Rp1 miliar cepat lakunya seperti yang dibangun oleh grup-grub besar seperti Summarecon, Ciputra. Itu sekali launch satu-dua hari 2.000 unit itu bisa. Selama pandemik ada pengembang yang masih launch proyeknya.

2020 mungkin tidak banyak, tetapi beruntungnya alhamdulillah properti yang sifatnya menengah ke bawah masih tumbuh.

Untuk rumah subsidi, kriteria apa yang dicari oleh pembeli?

[WANSUS] Industri Properti Cerah, Rusmin Lawin: Jangan Tiru Elon MuskPenampakan salah satu rumah subsidi BTN yang terletak di kompleks Perumahan Graha Raya 3, Kelurahan Kliris, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Pasti pertama yang mudah akses transportasinya, dekat dengan sekolah, dekat dengan tempat kerja, pendidikan, kesehatan. Memang sejak pandemik, animo orang memang ke landed house, tapi untuk landed house ini mereka gak punya pilihan. Pilihannya hanya di Serpong, di Banten, di Bekasi, Cisauk, dan lainnya.

Harga Rp1 miliar ke bawah banyak dicari dan cepat laku. Kalau di Jakarta mungkin landed house masih Rp2 miliaran, tapi itupun sedikit. Kalau ada pun yang ke arah Cengkareng. Orang masih melihat properti sebagai salah satu portofolio investasi yang cukup reliable selain emas dan mata uang asing.

Baca Juga: Masih Ada Diskon Pajak Beli Rumah, Cek Nih Syaratnya

Bagaimana profil pembeli, lebih banyak yang beli untuk rumah pertama atau investasi?

[WANSUS] Industri Properti Cerah, Rusmin Lawin: Jangan Tiru Elon MuskSeorang pengunjung mencari informasi tentang rumah di pameran perumahan Property Expo Semarang di Mal Paragon Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

We can say, 90 percent are first home buyers. There is no more speculan buyer during COVID-19. Orang mikirin mau pegang uang, kalau gak butuh ya gak beli. Yang muncul itu memang yang benar-benar butuh, yang tadinya tinggal di pondok mertua indah atau sewa rumah. Kalau sewa rumah kan sebentar saja sudah habis, mau pindah lagi pindah lagi, kasihan.

Soal sewa atau beli rumah, bagaimana pandangan Pak Rusmin?

[WANSUS] Industri Properti Cerah, Rusmin Lawin: Jangan Tiru Elon MuskIlustrasi perumahan. (Dok. Kementerian PUPR)

Jadi begini, kita kan orang Asia, orang Asia itu punya pepatah dari orang tua yang bunyinya kalau punya uang, belilah tanah atau emas. Itu benar gak dengan kondisi sekarang?

Makanya, kalian jangan dengar kata-kata orang seperti Jack Ma atau Elon Musk. Mereka itu beda, mereka sudah sampai satu stage gak butuh rumah, cukup pakai muka aja mereka diterima kok di mana-mana.

Rumah saya pikir adalah satu kewajiban ya. Pertama adalah dengan membeli rumah, Anda jadi punya kesempatan untuk punya aset. Kalau Anda punya aset, Anda bisa naik kelas jadi kelas menengah. Kedua, bisa sebagai investasi, daripada uang ditaruh di bank, termakan inflasi, rumah atau properti bisa dijual atau disewakan begitu butuh uang.

Jadi, dua hal, pertama dapat yang namanya aset, kedua dapat namanya apresiasi, nilainya meningkat. Jadi sebagai kebutuhan dan sebagai investasi. Kalau beli yang apartemen mungkin itu lebih banyak untungnya dari sewa, tapi kalau mau dapat gain lebih besar mainnya di landed house. Itu kuncinya.

Kenapa apartemen di tengah kota mahal-mahal harganya? Karena memang lokasinya, tapi kan bukan untuk kita, melainkan untuk bule-bule, ekspatriat, untuk para eksekutif yang memang kerja di pusat kota, makanya kita sewakan. Kita jangan, gak ada butuh, ngapain tinggal di situ.

Bagaimana perbandingan pasar properti antara Indonesia dengan ASEAN dan Asia Pasifik?

[WANSUS] Industri Properti Cerah, Rusmin Lawin: Jangan Tiru Elon Muskilustrasi properti rumah (pexels.com/Binyamin Mellish)

Kita beruntung karena kita punya size, kita punya populasi yang cukup banyak artinya ada banyak pula kebutuhan orang-orang yang belum punya rumah. Backlog kita ada sekitar 14 juta, itu kan masih belum terpenuhi, itu terus kita kejar kan.

Jangan lihat properti sebagai problem, tetapi lihat properti sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi karena properti ini sektornya bisa menghidupi 174 industri turunan. Multiplier effect-nya luar biasa. Itu pun yang disetujui pemerintah, ketika properti bergerak maka industri lain seperti semen, kayu, kusen, semua bahkan sampai pekerja juga terkena efeknya.

Itu yang kita lihat sebagai lokomotif ekonominya. Kemudian kalau kita lihat ASEAN mungkin kita beruntung, kebutuhannya dari pasar domestik masih sangat besar. Kalau Malaysia kan drop karena politik dan backlog-nya gak besar lagi. Yang sedang tumbuh mungkin Vietnam, saingan kita Vietnam karena mereka juga punya populasi besar juga, sekitar 110 juta orang. Singapura sudah settle lah karena sudah jadi negara kuat.

Baca Juga: Millennial Susah Beli Rumah? Mungkin Harus Coba 4 Tips Ini

Apa peran Pak Rusmin di FIABCI?

[WANSUS] Industri Properti Cerah, Rusmin Lawin: Jangan Tiru Elon MuskWakil Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Bidang Hubungan Luar Negeri, Rusmin Lawin (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Kita lebih kepada mempromosikan global investment. Artinya kita tetap memberikan pemahaman kalau properti itu salah satu investment portfolio yang cukup reliable dan kita juga mempromosikan pembangunan yang green dan sustainable sesuai dengan SDG’s. Itu yang kita kembangkan.

Kita membawa ilmu dan pengalaman dari luar bagaimana membangun suatu konsep smart city yang green. Nah sekarang kita justru ingin mempraktikkannya di ibu kota baru. Dan saya keliling juga mempromosikan ibu kota baru kita, bagaimana menjadi showcase dunia bahwa ini adalah smart forest city yang pertama di dunia, yang low carbon.

Bagaimana REI melihat pasar properti dalam negeri pada 2023?

[WANSUS] Industri Properti Cerah, Rusmin Lawin: Jangan Tiru Elon MuskPameran perumahan Property Expo Semarang di Mal Paragon Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Justru akan tumbuh lagi. Kita gak usah khawatir, karena properti kita sebenarnya clear as blue sky. Pasti terukur, gak akan jelek-jelek amat perkembangannya tahun ini.

Rumah subsidi masih akan menjadi backbone dan pemerintah harus dorong terus itu. Satu lagi mungkin soal tren industri, bicara di luar Jakarta malah sekarang orang ke Jawa Tengah, kawasan industri. Batang jadi success story, orang juga mulai ke Pekalongan, Kendal.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya