Hasil riset menyatakan Go-Jek berperan besar dalam menekan angka pegangguran dengan menciptakan lapangan kerja yang luas. Penghasilan 95 persen mitra pengemudi meningkat 22 persen setelah bergabung dengan Go-Jek. Rata-rata pemasukan mereka setara dengan UMK Surabaya tahun 2017, yakni Rp 3,2 juta per bulan.
Ini menjadi salah satu alasan kenapa masyarakat masih mau bergabung menjadi mitra Go-Jek meskipun sudah memiliki pekerjaan. Indeks kebahagiaan atau kepuasan terhadap pekerjaan terkadang bukan cuma soal materi, dan Go-Jek dinilai bisa menawarkan kondisi tersebut.
"Mereka bisa menentukan sendiri otonominya seperti fleksibilitas waktu," kata salah satu peneliti LD FEB UI, Paksi Walandouw dalam paparannya di Hotel Majapahit Surabaya, Kamis, (3/5). "Saat sakit atau lelah, mereka bisa bebas beristirahat. Saat ada acara, mereka bisa hadir tanpa perlu izin ke atasan."
Sementara itu, dikulik dari sisi mitra UMKM, fitur Go-Food membantu mereka untuk meningkatkan pangsa pasar serta efisiensinya. Dulunya yang tak pernah punya fitur pesan antar, kini bisa dengan mudah menjangkau konsumen lewat Go-Food.
Bahkan 57,5 persen mitra UMKM mengalami peningkatan volume transaksi lebih dari 10 persen, dan 27,66 persen mitra UMKM mengalami kenaikan klasifikasi omzet. Sedangkan bagi konsumen, aplikasi Go-Jek memudahkan kehidupan mereka sehari-hari. Berdasarkan data LD FEB UI, rata-rata konsumen mengeluarkan uang Rp 1.741.536 hanya untuk mengakses layanan Go-Jek.