Ini Kata Ekonom Soal Operasi Repo The Fed

Indonesia tak perlu khawatir dengan langkah bank sentral AS

Jakarta, IDN Times - Keputusan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, untuk melakukan Operasi Repo pada Selasa (17/9) dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan oleh Indonesia. Menurut ekonom Universitas Indonesia, David Sumual, The Fed hanya salah perhitungan saja.

"Salah prediksi saja bank sentral [Amerika Serikat] dalam menangani masalah di dalam negerinya," kata David ketika dihubungi IDN Times pada Rabu (18/9). Seperti dilaporkan CNN Business, suku bunga pinjaman Amerika Serikat sempat meroket tajam pada Selasa malam yang menyebabkan The Fed melakukan intervensi.

1. Indonesia tidak perlu khawatir

Ini Kata Ekonom Soal Operasi Repo The FedWartawan mengambil gambar layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pada 6 September 2019. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Apa yang membuat persoalan ini begitu hangat dibicarakan adalah bahwa langkah The Fed tergolong sangat langka yaitu dengan menggelontorkan US$53 miliar atau Rp742 triliun. Uang tersebut dipakai untuk membeli obligasi serta surat berharga lain. Intervensi ini adalah yang pertama kali dilakukan The Fed sejak krisis 2008.

Akan tetapi, David meyakinkan bahwa situasi itu tidak berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia. "Indonesia tidak perlu khawatir," tegasnya. Apa yang terjadi, menurut David, adalah salah perhitungan sebab The Fed terlalu reaktif menyusul adanya pengambilan uang secara hampir bersamaan oleh banyak perusahaan besar.

Apa yang dikatakan oleh David memang terlihat dalam perdagangan hari ini. Operasi Repo The Fed nyatanya tak menggerus nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada perdagangan Rabu (18/9), rupiah ditutup menguat 0,25 persen di level 14.055 per dolar AS.

2. Suku bunga di Amerika Serikat melonjak di luar batas yang ditetapkan The Fed

Ini Kata Ekonom Soal Operasi Repo The FedTanda jalan menuju Wall Street, New York, Amerika Serikat. unsplash.com/Roberto Junior

Menurut data Refinitiv, tingkat suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) melonjak sampai 5 persen pada Senin (16/9). Angka tersebut naik dari 2,29 persen pada minggu lalu dan berada di atas kisaran target maksimum The Fed yaitu dua sampai 2,25 persen.

Hingga Selasa (17/9), angkanya terus naik mencapai 10 persen. Ini memaksa The Fed untuk melakukan intervensi. "Ini belum pernah terjadi, setidaknya di era pasca krisis," kata ahli strategi suku bunga di Bank of America Merrill Lynch, Mark Cabana, merujuk pada resesi 2008.

Baca Juga: Pemindahan Ibu Kota Negara Bisa Dongkrak Ekonomi Kaltim

3. Muncul spekulasi tentang situasi perekonomian Amerika Serikat

Ini Kata Ekonom Soal Operasi Repo The FedIlustrasi uang kertas dolar Amerika Serikat. unsplash.com/Neonbrand

Dengan Operasi Repo, The Fed berharap bisa memompa uang ke sistem keuangan Amerika Serikat agar suku bunga pinjaman tidak melonjak di atas target yang sudah ditetapkan. Langkah inilah yang membuat sejumlah pihak berspekulasi tentang situasi perekonomian Amerika Serikat.

The Fed dikhawatirkan kehilangan kemampuan untuk mengontrol suku bunga jangka pendek. Guy LeBas, Direktur Pelaksana Strategi Pendapatan Tetap di Janney Capital Markets, menilai "pasar pendanaan jelas sedang tertekan" sehingga "membutuhkan The Fed untuk bertindak".

4. Analis pasar percaya situasi sebenarnya tidak segenting ini

Ini Kata Ekonom Soal Operasi Repo The FedIlustrasi uang kertas dolar Amerika Serikat. unsplash.com/Sharon McCutcheon

Sementara itu, belum diketahui apa yang menyebabkan suku bunga pinjaman bisa melonjak setinggi itu. Melalui cuitan di Twitter, Jim Bianco yang merupakan CEO Bianco Research, mengatakan "tidak ada yang tahu mengapa ini terjadi". Dia menambahkan,"Jika ini terus terjadi lebih dari sehari atau dua hari, ini akan menjadi suatu masalah."

Sama seperti penilaian David, Cabana juga melihat ini adalah salah perhitungan dari The Fed. "Tidak ada cukup uang tunai dalam sistem perbankan bagi bank untuk untuk memenuhi semua kebutuhan likuiditas dan regulasi mereka," kata Cabana. Ia pun menyarankan agar publik tidak khawatir sebab The Fed akan mampu menanganinya.

5. Situasi saat ini berbeda dari resesi ekonomi 2008

Ini Kata Ekonom Soal Operasi Repo The FedGedung bursa saham New York, Amerika Serikat. unsplash.com/Aditya Vyas

Para analis sendiri melihat situasi penuh tekanan pada sistem finansial Amerika Serikat saat ini berbeda dengan apa yang terjadi pada 2008. Saat itu, para pemodal sangat khawatir dengan kesehatan perbankan. Kali ini, perbankan fokus menstabilkan rekor laba dan neraca.

Salah satu sebab yang oleh David dianggap bisa menjelaskan situasi sekarang adalah banyaknya perusahaan Amerika Serikat yang menarik uang mereka dari bank dalam jumlah besar.

Uang tersebut mereka gunakan untuk membayar pajak triwulan kepada Departemen Keuangan Amerika Serikat. Akibatnya, bank pun mengambil cadangan uang di The Fed. "Sempat ada kebutuhan untuk membayar fiskal. Jadi kayak mismatched likuiditas begitu," ujarnya.

Baca Juga: LPS Ancam Bekukan Operasional 98 Bank yang Gagal Cairkan Uang Nasabah 

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya