Rupiah Bertenaga ke Level Rp16.376 per Dolar AS Sore Ini

Intinya sih...
- Rupiah ditutup menguat 7,50 poin atau 0,05 persen dibandingkan hari sebelumnya
- Berbagai mata uang negara bergerak variatif, termasuk Bath Thailand melemah dan Dolar Singapura menguat
Jakarta, IDN Times - Pergerakan rupiah di pasar spot pada perdagangan Rabu (12/2/2025) ditutup menguat. Mata uang Garuda berakhir di level Rp16,376 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 7,50 poin atau 0,05 persen dibandingkan penutupan perdagangan Selasa (11/2/2025) pada level Rp16.358 per dolar AS.
1. Pergerakan mata uang di kawasan Asia bergerak variatif
Lebih rinci, pergerakan mata uang di sejumlah negara pada sore ini bergerak variatif, rinciannya:
- Bath Thailand melemah 0,12 persen
- Ringgit Malaysia menguat 0,05 persen
- Yuan China melemah 0,02 persen
- Rupee India melemah 0,06 persen
- Peso Filipina melemah 0,02 persen
- Won Korea melemah 0,07 persen
- Dolar Taiwan melemah 0,05 persen
- Dolar Singapura menguat 0,01 persen
2. Penguatan rupiah karena arah the Fed yang tahan suku bunga acuan
Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra mengatakan, penguatan rupiah disebabkan oleh pasar yang merespon pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell tadi malam yang berbicara dalam acara dengar pendapat dengan Senat AS.
"Powell mengisyaratkan kemungkinan akan mempertahankan suku bunga yang ada sekarang untuk beberapa lama," ucapnya.
Tak hanya itu, dalam pidato tersebut, Jerome Powell juga tidak melakukan pemangkasan untuk sementara waktu karena ekonomi AS masih cukup solid dan juga ada ketidakpastian dari kebijakan tarif Presiden Trump.
3. Sentimen dari pernyataan gubernur the Fed tidak akan signifkan ke penguatan rupiah
Senada dengan Ariston, analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memprediksi rupiah menguat setelah pidato Gubernur Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell tidak merubah prospek suku bunga the Fed.
Powell disebut hanya mengulangi pernyataan yang sama seperti sebelumnya, yakni terkait persoalan kebijakan tarif AS, ekonomi AS masih kuat, hingga tenaga kerja AS tetap solid. Kendati pernyataan Powell memberikan sentimen positif terhadap rupiah, namun takkan signifikan.
“Tarif Trump terakhir yaitu 25 persen pada baja dan aluminium beresiko besar akan retaliasi,” ungkap Lukman.