Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menilai perayaan Lebaran tahun ini masih dibayangi oleh lemahnya daya beli masyarakat.
Dia mengaitkan kondisi tersebut dengan banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan, yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran sejak akhir tahun lalu.
Ibrahim juga menyoroti data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat deflasi terjadi selama lima bulan berturut-turut pada Mei hingga September 2024, dan tren ini berlanjut hingga dua bulan pertama 2025.
"Lebaran tahun ini masih dibayang-bayangi sentimen daya beli masyarakat yang masih belum sepenuhnya pulih sejak akhir tahun lalu," ujarnya.