Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan tensi geopolitik kembali memanas, setelah Ukraina meningkatkan serangannya terhadap infrastruktur minyak Rusia, termasuk terminal ekspor terbesarnya, Primorsk, dan kilang utama Kirishinefteorgsintez.
"Serangan tersebut berpotensi menghentikan produksi minyak Rusia dalam jumlah besar, dan dapat memicu potensi gangguan pasokan, terutama untuk pasar utama Moskow, yaitu India dan China," tegasnya.
Fokus juga tertuju pada upaya AS untuk meredakan perang Rusia-Ukraina, meskipun Moskow pada hari Jumat mengisyaratkan perundingan gencatan senjata dengan Ukraina telah terhenti. AS pekan lalu terlihat mengupayakan tarif perdagangan yang lebih tinggi terhadap Tiongkok dan India dari negara-negara G7, setelah Washington pada akhir Agustus mengenakan tarif 50% terhadap India atas pembelian minyak Rusia.
Pembatasan yang lebih ketat dari negara-negara Barat terhadap pembelian minyak Rusia akan semakin membatasi pasokan global, dan tampaknya kemungkinan besar terjadi mengingat perang antara Moskow dan Kyiv belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp16.370 - Rp16.420," tegasnya.