Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Goldman Sachs dan BNY Luncurkan Dana Pasar Uang Tokenisasi

ilustrasi mata uang digital (pexels.com/Worldspectrum)
Intinya sih...
  • Dana pasar uang tokenisasi berbeda dengan stablecoin karena hasil investasinya.
  • Sistem blockchain dipakai untuk percepat transaksi dan efisiensi agunan.
  • Survei tunjuk pembayaran dan AI sebagai pemicu tren kripto di 2025.

Jakarta, IDN Times – Goldman Sachs dan Bank of New York Mellon (BNY) meluncurkan token digital yang mewakili saham dana pasar uang untuk investor institusional seperti korporasi dan dana pensiun. Peluncuran ini dilakukan lewat kerja sama dua raksasa keuangan global yang memanfaatkan sistem blockchain guna memperbarui infrastruktur keuangan tradisional. BNY sendiri dikenal sebagai bank kustodian terbesar di dunia.

Dengan teknologi ini, transaksi bisa berlangsung 24 jam tanpa henti, dan kepemilikan tercatat melalui blockchain yang diklaim lebih efisien.

“Langkah tokenisasi penting, karena saat ini akan memungkinkan transaksi yang mulus dan efisien, tanpa hambatan yang terjadi di pasar tradisional,” kata Laide Majiyagbe, Kepala global likuiditas BNY, dikutip dari CNBC Internasional.

Peluncuran awal juga diikuti oleh pengelola aset besar seperti BlackRock, Fidelity Investments, dan Federated Hermes.

1. Dana pasar uang tokenisasi berbeda dengan stablecoin karena hasil investasinya

Dana pasar uang adalah jenis reksa dana yang menempatkan dana pada surat berharga jangka pendek yang dianggap aman, seperti obligasi pemerintah Amerika Serikat (Treasuries), perjanjian pembelian kembali (repo), dan surat utang komersial. Instrumen ini populer di kalangan korporasi dan lembaga keuangan besar karena mudah dicairkan dan tetap menghasilkan imbal hasil.

Berbeda dengan stablecoin, aset kripto yang nilainya tetap dan dipatok pada dolar Amerika Serikat (AS), dana pasar uang tokenisasi menawarkan hasil investasi yang menarik. Dukungan terhadap instrumen baru ini juga diperkuat lewat undang-undang bernama Generational Economic Nexus for Innovation and Ubiquitous Stability (GENIUS) Act, yang baru saja diteken Presiden AS, Donald Trump, pekan lalu.

2. Sistem blockchain dipakai untuk percepat transaksi dan efisiensi agunan

Dilansir dari CNA, investor kini bisa menggunakan LiquidityDirect, platform milik BNY, untuk membeli dan menjual saham dana pasar uang dengan pencatatan kepemilikan berbasis blockchain dari Goldman Sachs. Sistem ini memungkinkan penyelesaian transaksi yang jauh lebih cepat dan aset yang dibeli dapat langsung digunakan sebagai agunan.

Kedua bank menargetkan terciptanya sistem transaksi real-time yang aktif tanpa henti untuk instrumen tokenisasi ini. Dana dapat berpindah antar lembaga keuangan tanpa perlu diuangkan terlebih dahulu.

“Skala pasar ini menawarkan peluang besar untuk menciptakan efisiensi yang jauh lebih besar di seluruh infrastruktur keuangan,” kata, Mathew McDermott, Kepala global aset digital Goldman Sachs.

Sejak 2022, dana kelolaan di sektor ini sudah menembus 2,5 triliun dolar AS.

3. Survei tunjuk pembayaran dan AI sebagai pemicu tren kripto di 2025

ilustrasi mata uang digital (pexels.com/Roger Brown)

Studi terbaru dari perusahaan riset Reown dan YouGov terhadap lebih dari 1.000 pengguna mata uang kripto di Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan bahwa pembayaran dan kecerdasan buatan (AI) menjadi pendorong utama adopsi aset digital tahun ini. Sebanyak 37 persen responden memilih dua faktor tersebut sebagai yang paling berpengaruh.

“Pembayaran membawa permintaan dunia nyata. AI meningkatkan pengalaman. Kami tidak melihat satu menggantikan yang lain,” kata Jess Houlgrave, CEO Reown.

Dilansir dari Coin Telegraph, Stablecoin tercatat sebagai aset digital paling banyak dimiliki dengan angka kepemilikan mencapai 38 persen, sedikit di atas Solana di posisi kedua dengan 37 persen. Dari sisi usia, kelompok pengguna berumur 18-34 tahun mendominasi kepemilikan stablecoin hingga 51 persen. Sementara itu, generasi di atas 45 tahun tercatat jauh lebih sedikit, menunjukkan kesenjangan generasi yang masih lebar dalam penggunaan aset kripto.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us