Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Senin (9/12/2024) sore.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp15.866,50 per dolar AS, turun 21,5 poin atau 0,14 persen dibandingkan penutupan akhir pekan kemarin.
Nilai tukar rupiah juga melemah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI). Mata uang Garuda masih menunjukkan tekanan terhadap dolar AS.
Pada Senin (9/12/2024), rupiah tercatat di level Rp15.861 per dolar AS. Rupiah melemah 13 poin dibandingkan posisi akhir pekan lalu, Jumat (6/12/2024) di Rp15.848 per dolar AS.
Direktur Utama PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyebut meningkatnya ketegangan geopolitik di Suriah dan ketidakpastian terkait suku bunga AS telah mendorong pelaku pasar untuk beralih ke dolar AS dan obligasi pemerintah.
Ibrahim juga mencatat, konflik di Suriah melibatkan banyak aktor regional, termasuk Turki, Iran, dan Israel, sehingga meningkatkan risiko geopolitik lebih jauh.
Di sisi lain, situasi politik di Korea Selatan turut menambah tekanan pasar, dengan Presiden Yoon Suk Yeol menghadapi penyelidikan kriminal dan desakan untuk mundur meskipun selamat dari pemakzulan.
Di tengah situasi ini, pasar masih mengantisipasi Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam waktu dekat.
"Namun prospek jangka panjang bank sentral terhadap suku bunga berubah tidak pasti, dengan inflasi yang tinggi dan ketahanan ekonomi yang kemungkinan akan memicu pelonggaran yang lebih lambat pada tahun 2025," ujarnya.
Ibrahmin memaparkan pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 21 poin setelah sempat melemah 35 poin dari penutupan sebelumnya di level Rp.15,845.
Sedangkan untuk perdagangan Selasa (10/12/2024), Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah agar bergerak fluktuatif namun akan ditutup melemah di kisaran Rp15.850 hingga Rp.15.920 per dolar AS.