Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)

Intinya sih...

  • Rupiah menguat 65,50 poin menjadi Rp16.561,5 per dolar AS.
  • Di Asia, rupiah menguat bersama mata uang lainnya seperti dolar Taiwan, won Korea, yen Jepang, ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan rupee India.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pergerakan rupiah spot ditutup pada level Rp16.561,5 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Rabu (14/6/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 0,39 persen atau 65,50 poin dari sehari sebelumnya berada di level Rp16.627 per dolar AS.

1. Mata uang di Asia bergerak menguat

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Di kawasan Asia, rupiah menguat bersama beberapa mata uang lainnya. Secara rinci, dolar Taiwan mencatat penguatan terbesar sebesar 0,52 persen, disusul oleh won Korea yang menguat 0,47 persen, yen Jepang 0,42 persen, ringgit Malaysia 0,31 persen, dolar Singapura 0,07 persen, dan rupee India 0,02 persen terhadap dolar AS.

Sementara itu, beberapa mata uang Asia lainnya justru melemah terhadap dolar AS pada sore hari ini. Peso Filipina tercatat melemah 0,18 persen, baht Thailand 0,07 persen, yuan China 0,07 persen, dan dolar Hong Kong juga melemah 0,07 persen terhadap dolar AS.

2. Rupiah menguat ditopang sentimen kesepakatan AS-China

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menyatakan pergerakan rupiah yang menguat sepanjang hari ini ditopang oleh sentimen positif dari eksternal, khususnya terkait kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China.

"Hasil negosiasi tarif antara Amerika Serikat dan China memberikan optimisme terhadap negosiasi tarif dengan negara-negara lain," kata dia.

3. Tarif impor AS masih bayangi kinerja ekonomi nasional

Meski demikian, ada kekhawatiran tarif impor Indonesia yang lebih tinggi dari China akan menjadi beban bagi perekonomian nasional. 

Selain itu, data inflasi konsumen Amerika Serikat untuk April yang dirilis semalam menunjukkan hasil di bawah ekspektasi, sehingga membantu menekan penguatan dolar AS yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

"Data inflasi yang masih dalam ekspektasi ini tidak akan memicu The Fed untuk menaikan suku bunga acuannya," jelasnya. 

Editorial Team