China Tawarkan Miliaran Dolar untuk Saingi Pengaruh AS

Jakarta, IDN Times - China mengumumkan komitmen kredit senilai 66 miliar yuan (Rp152,1 triliun) untuk negara-negara Amerika Latin dan Karibia. Langkah ini merupakan bagian dari strategi Beijing untuk memperluas pengaruh globalnya, khususnya di kawasan yang selama ini menjadi lingkup pengaruh Amerika Serikat (AS).
Forum China-CELAC yang digelar di Beijing menjadi ajang penguatan kerja sama antara China dan negara-negara Amerika Latin seperti Brasil, Kolombia, dan Chile.
Presiden Xi Jinping menyatakan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur, energi, dan teknologi di kawasan.
Pengumuman ini disampaikan di tengah meningkatnya tensi perdagangan antara China dan AS, yang kembali memanas akibat kebijakan tarif yang diberlakukan mantan Presiden Donald Trump. China menyatakan bahwa langkah ini berorientasi pada pembangunan bersama, bukan kompetisi geopolitik.
1. Perluasan kerja sama ekonomi
China telah menjadi mitra dagang utama Amerika Latin dengan total perdagangan bilateral mencapai 427 miliar dolar AS (Rp7 kuadriliun) dari Januari hingga September 2024. Melalui Forum China-CELAC, Beijing berkomitmen meningkatkan impor komoditas strategis seperti kedelai, bijih besi, dan tembaga.
“Kami ingin memperkuat ketahanan ekonomi kawasan melalui peningkatan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan,” kata Presiden Xi Jinping dalam forum, dilansir Financial Times.
Xi menambahkan bahwa kerja sama ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi regional.
Dana kredit sebesar 9,2 miliar dolar AS (Rp152 triliun) akan disalurkan melalui Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) untuk pembangunan pelabuhan, jalur logistik, dan proyek energi. Brasil, sebagai eksportir utama kedelai ke China, diprediksi menjadi salah satu penerima manfaat utama program ini.
2. Ketegangan geopolitik dengan AS
Langkah China mempererat hubungan dengan Amerika Latin terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS. Washington menanggapi perkembangan ini dengan sikap waspada, terutama terhadap pengaruh China di sekitar Terusan Panama.
“Kami menolak politik bullying dan hegemoni dalam urusan kawasan,” ujar Asisten Menteri Luar Negeri China, Miao Deyu, dikutip dari The New York Times.
Ia juga menyebut kerja sama China bertujuan memperkuat kedaulatan ekonomi negara-negara mitra.
Sementara itu, AS mengancam Kolombia atas rencananya bergabung dalam BRI, dan memperingatkan potensi dampaknya terhadap hubungan bilateral. Negara-negara di kawasan kini menghadapi dilema antara manfaat ekonomi dari China dan tekanan diplomatik dari AS.
3. Fokus pada teknologi dan inovasi
Selain sektor fisik, China juga mendorong kolaborasi teknologi dengan negara-negara Amerika Latin. Beijing menawarkan pengembangan bersama di bidang kecerdasan buatan (AI), ekonomi digital, dan riset teknologi.
“Kami melihat peluang besar dalam kolaborasi ini, terutama untuk mendukung transisi energi dan inovasi industri,” kata Menteri Ekonomi Chile, Nicolás Grau, dikutip dari South China Morning Post.
Chile, sebagai eksportir tembaga terbesar, menyambut inisiatif tersebut.
Sebagai bagian dari kerja sama, China akan membangun pusat riset teknologi bersama dan menyediakan pelatihan tenaga kerja lokal. Meski demikian, beberapa negara seperti Brasil mulai menimbang pembatasan ketergantungan terhadap teknologi asing untuk menjaga kedaulatan digital mereka.