Ia merinci, data jumlah lowongan pekerjaan AS bulan Februari dirilis lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Data pesanan pabrik bulan Februari juga rebound dibandingkan bulan sebelumnya yang menurun.
Hasil ini masih mendukung kebijakan the Fed untuk menahan suku bunga acuannya lebih lama. Yield obligasi AS terutama tenor 10 tahun juga masih bertahan di level tinggi, yakni di kisaran 4,3 persen sehingga aset dolar AS masih menarik untuk pasar.
"Pagi ini indeks saham Asia sebagai aset berisiko terlihat bergerak negatif. Ini bisa mengindikasikan pasar sedang menghindari aset berisiko sehingga rupiah bisa tertekan. Selain itu, ketegangan geopolitik yang masih tinggi setelah serangan Israel ke konsulat Iran di Suriah juga masih bisa mendorong penguatan dolar AS sebagai aset aman, terhadap nilai tukar lainnya," tegas Ariston.