Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menilai pergerakan mata uang dipengaruhi oleh ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan India.
Presiden AS Donald Trump menyatakan kemungkinan mengenakan tarif sekunder sebesar 100 persen kepada negara-negara pembeli minyak mentah Rusia, termasuk India.
Trump sebelumnya telah memberlakukan tarif impor 25 persen terhadap India pada Juli lalu, dan kembali mengancam tarif tambahan pada awal pekan ini.
Pemerintah India menyebut kebijakan tersebut tidak dapat dibenarkan dan menyatakan akan melindungi kepentingan ekonominya, yang turut memperbesar ketegangan perdagangan kedua negara.
"Para pedagang juga menunggu perkembangan tarif terbaru AS terhadap mitra dagangnya, yang dikhawatirkan para analis dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi," ujarnya.