Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan penguatan rupiah masih dipengaruhi ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Dia menjelaskan, statistik ketenagakerjaan terbaru mengungkapkan, perekonomian AS menciptakan 911 ribu lebih sedikit lapangan kerja dalam setahun terakhir dibandingkan perkiraan sebelumnya. Kondisi ini menjadi sinyal melemahnya pertumbuhan pasar tenaga kerja.
Menurutnya, data tersebut semakin memperkuat kemungkinan The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada September 2025, meskipun peluang penurunan yang lebih besar, yakni 50 basis poin, masih sangat kecil.
"Namun, data inflasi utama AS untuk Agustus akan menguji spekulasi pemangkasan suku bunga minggu ini," katanya.
Inflasi harga produsen (PPI) dijadwalkan keluar pada Rabu (10/9/2025) waktu setempat, sementara inflasi konsumen (IHK) pada Kamis. Data tersebut penting karena dapat memperlihatkan tanda-tanda tekanan harga baru, terutama setelah sebagian besar tarif perdagangan Trump resmi berlaku bulan lalu.