Ilustrasi uang dolar (Foto: IDN Timesa)
Ia menjelaskan ketidakpastian yang meningkat disebabkan ruang penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih rendah dari perkiraan, penguatan mata uang dolar AS secara luas, dan risiko geopolitik yang mengakibatkan berlanjutnya preferensi investor global untuk memindahkan alokasi portofolionya kembali ke Amerika Serikat (AS).
Selain itu, munculnya rencana kebijakan perdagangan di AS melalui kenaikan tarif impor, komoditas, dan cakupan negara yang lebih luas.
"Risiko ini meningkatkan fragmentasi perdagangan global. Perkembangan ini yang disertai dengan eskalasi ketegangan geopolitik di banyak negara mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dunia 2025 diperkirakan melambat menjadi 3,1 persen dari sebesar 3,2 persen pada 2024," ungkapnya.
Secara umum pelemahan nilai tukar rupiah tetap terkendali bila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023 yang terdepresiasi sebesar 4,16 persen.
Namun, Perry memastikan laju rupiah masih lebih baik dibandingkan pelemahan dolar Taiwan, peso Filipina, dan won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,58 persen, 5,94 persen, dan 10,47 persen.