Akhirnya! Indonesia Teken Perjanjian Dagang dengan 4 Negara Eropa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Setelah melalui proses negosiasi yang panjang, akhirnya Indonesia dan empat negara Eropa yang tergabung dalam European Free Trade Association (EFTA) meneken kerja sama perdagangan bebas. Kesepakatan itu diteken di kantor Kementerian Perdagangan pada Minggu (16/12). Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita bisa tersenyum lebar karena proses negosiasi kerja sama itu membutuhkan waktu selama delapan tahun.
Menurutnya, perjanjian perdagangan bebas tersebut sesuai arahan Presiden Joko "Jokowi" Widodo untuk membuka pasar-pasar baru.
"Ini menjadi salah satu prioritas utama yang digariskan oleh Bapak Presiden karena telah membuka pasar baru dan tidak semata-mata membuka perdagangan, market access, tetapi juga investasi," kata Enggartiasto ketika memberikan keterangan pers di kantornya pada sore tadi.
Lalu, apa makna perjanjian perdagangan bebas ini bagi Indonesia? Jangan-jangan ke depannya malah merugikan Indonesia.
1. Dengan adanya perjanjian IE-CEPA, maka komoditas Indonesia tidak dikenakan tarif tambahan
Menurut Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, dengan adanya perjanjian perdagangan bebas itu, maka komoditas asal Indonesia yang masuk ke empat negara tersebut tidak dikenakan tarif. Begitu juga sebaliknya.
"Zero tarif. Semuanya sudah menandatangani setuju," kata Enggartiasto.
Menurut pengusaha itu, keterbukaan Indonesia itu sudah diperhitungkan dengan seksama. Perjanjian tersebut tidak akan memberikan kerugian bagi Indonesia.
"Tidak ada satu pun perjanjian yang saya lakukan itu merugikan dan Bapak Presiden pasti tidak akan mengizinkan kalau (Indonesia) dirugikan. Semua market access dibuka di EFTA ini," kata dia lagi.
Baca Juga: Neraca Perdagangan Oktober 2018 Defisit US$1,82 Miliar
2. Perjanjian perdagangan bebas diprediksi akan meningkatkan modernisasi perekonomian Indonesia
Di dalam IE-CEPA, isu-isu yang akan dibahas yakni meliputi investasi, perdagangan barang dan jasa, hak kekayaan intelektual, pembangunan berkelanjutan, ketentuan asal dan bea cukai, fasilitasi perdagangan, pengamanan perdagangan, persaingan usaha, legal dan kerja sama serta pengembangan kapasitas.
Editor’s picks
Menurut Enggar, hal tersebut akan ikut mendorong proses modernisasi perekonomian Indonesia.
"Apalagi negara-negara EFTA memiliki keunggulan tersendiri di bidang teknologi, energi, pendidikan, transportasi, keuangan, kimia, perikanan dan lainnya. Kita harapkan akan terjadi alih-teknologi secara alami," kata dia.
Selain Enggartiasto, proses penandatanganan perjanjian penting itu turut dihadiri oleh Menteri Hubungan Luar Negeri, Hukum dan Budaya, Leichteinstein Aurelia Frick, Kepala Departemen Hubungan Ekonomi Swiss, Johann N Schneider Ammann, Wakil Perdagangan Kerajaan Norwegia, Daniel Bjarmann Simonsen, dan Duta Besar Islandia untuk Indonesia, Hannes Heimisson.
3. Perjanjian perdagangan bebas ditunggu oleh pengusaha Eropa
Sementara, menurut Kepala Departemen Hubungan Ekonomi Swiss, Johann N Schneider Ammann, perjanjian yang mereka teken sudah dinanti oleh banyak pelaku usaha EFTA yang ingin melebarkan sayap bisnisnya di Indonesia.
"Sebenarnya, hubungan perdagangan antara Indonesia dengan EFTA masih jauh dari potensi karena baru mencatatkan di angka US$2,4 miliar pada 2017 lalu," kata Ammann.
Sedangkan menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) data ekspor Indonesia ke EFTA mencapai US$1,3 miliar. Sementara, nilai impor Indonesia dari EFTA mencapai US$1,09 miliar.
4. Islandia siap berkolaborasi dengan Indonesia membangun industri perikanan
Di sisi lain Dubes Islandia untuk Indonesia Hannes Heimisson pun tidak ingin ketinggalan. Ia mengaku siap untuk segera berkolaborasi dengan Indonesia terutama dalam pengembangan industri perikanan.
"Kami sangat maju di sektor itu jadi selain berdagang, kami bisa tanamkan investasi juga. Perjanjian ini jelas sangat menjanjikan bagi semua," kata dia.
Mendag Enggartiasto menegaskan kerja sama di bidang perikanan itu tidak akan merugikan Indonesia. Norwegia dan Islandia memang dikenal memiliki keunggulan dalam sektor perikanan. Lagipula, selama ini Indonesia juga telah banyak mengimpor salmon dari negara tersebut.
"Siapa yang makan salmon? Itu kan komoditas high-end. Kita tidak memproduksi. Adanya hanya di hotel, restauran bintang lima. Jadi biarkan saja. Karena segmennya berbeda, untuk kelas atas dan kita tidak bisa produksi," kata Enggartiasto.
Baca Juga: Genjot Kerja Sama Ekonomi Perdagangan, Menko Darmin Datangi Rusia