Gak Nyangka, Bekasi Ternyata Punya Batik Loh!

Bekasi memiliki sejarah yang panjang

Jakarta, IDN Times - Siapa bilang Bekasi gak punya ciri khas. Lewat batik, Bekasi menegaskan diri sebagai salah satu kota di Indonesia yang memiliki identitas dan kebanggaan lokal.

Meski sering dianggap daerah penyokong Jakarta, Bekasi sebenarnya memiliki sejarah yang lebih panjang. Bahkan, Bekasi dikenal sebagai Ibu Kota dari Kerajaan Tarumanegara di era 358 hingga 669. Artinya, Bekasi sebenarnya kental dengan budaya Sunda.

Selain budaya Sunda, perlahan Bekasi juga dipenuhi dengan masyarakat Betawi. Mereka berpadu dan membentuk sebuah komunitas tesendiri.

Tapi, penjajahan Belanda hingga pendudukan Jepang, perlahan membuat identitas asli Bekasi tergerus. Semakin tak jelas, ketika masifnya arus pendatang dan Bekasi menjadi kawasan metropolitan.

Tak heran, kalau banyak orang yang kaget ketika tahu ternyata Bekasi memiliki batik. Tapi, memang dipatenkannya baru dalam 10 tahun terakhir.

"Sekitar 2013, batiknya baru dipatenkan. Kami baru dapat pengakuan dari Pemkot ya saat itu. Tapi, sebenarnya saya sudah sempat membuat batik dengan ciri khas Bekasi," ujar Sri Sunarni, pemilik Batik Sri, kepada IDN Times.

Baca Juga: Zie Batik: Antara Bisnis, Budaya, dan Lestari Alam

1. Ada riset demi ungkap kekayaan sejarah

Gak Nyangka, Bekasi Ternyata Punya Batik Loh!Pola Batik Sri yang merupakan batik asli asal Bekasi (Istimewa / Dokumen Pribadi)

Sri tak asal dalam membuat batik Bekasi. Dia sempat melakukan riset untuk mencari identitas Bekasi yang sebenarnya.

Persis, seperti yang dijelaskan sebelumnya, Sri menemukan kalau ada kaitan antara Kerajaan Tarumanegara dengan Bekasi. Bahkan, menurut hasil risetnya, Bekasi memang punya peranan penting dalam Kerajaan Tarumanegara.

"Saya asal Solo, berpikir kan setiap daerah punya batik. Akhirnya, saya riset juga. Kebetulan, saya aktif di organisasi. Ketika itu ada diskusi juga dengan budayawan. Bekasi juga kan ada sejarahnya dari Kerajaan Tarumanegara. Makanya dicari pola yang khas Bekasi," ujar Sri.

2. Dari kampung sampai ke nasional

Awalnya, Sri memperkenalkan batik Bekasi dalam skala yang kecil, di lingkungannya, kawasan Mustika Jaya. Kemudian, dia mulai membawa batik-batik produksinya ke sejumlah pameran dengan skala nasional. Bahkan, Batik Sri sempat masuk 10 besar dalam pameran di Yogyakarta

Dari sinilah, batik Bekasi yang digagas Sri mulai dikenal dan berkembang. Pola yang ada dalam batiknya berevolusi, menjadi lebih luwes.

"Ada beberapa pola yang gak boleh hilang, karena itu memang identitas Bekasi. Tapi, kan masih kaku banget ya. Gak seperti Solo yang sudah ratusan tahun punya batik. Jadi, saya diskusi bagaimana pola ini biar lebih luwes. Akhirnya, dikolaborasi dan jadilah terlihat lebih luwes," kata Sri.

3. Permodalan yang dongkrak usaha

Gak Nyangka, Bekasi Ternyata Punya Batik Loh!Produk Batik Sri yang merupakan batik asli asal Bekasi (Istimewa / Dokumentasi Pribadi)

Ketika mulai dikenal luas, Batik Sri semakin laris di pasaran. Pesanan dari konsumen perlahan meningkat. Hingga akhirnya, Sri menemukan kesulitan dalam urusan permodalan.

"Saat banyak pesanan, kan butuh. Alhamdulillah waktu itu sempat ketemu menteri dan menanyakan masalah modal. Akhirnya direkomendasikan ke BRI. Saya dapat bantuan dan terhindar dari rentenir," ujar Sri.

Dari permodalan lewat KUR, usaha Sri kian berkembang. Terkait omzet, Sri tak menjelaskannya dengan gamblang. Yang pasti, batiknya kian laris. Terkait harga, itu tergantung dari jenis batiknya. Termurah adalah Rp150 ribu dan paling mahal Rp700 ribu.

"Penjualan lewat offline dan online. Dari awal pembukaan, 2013 hingga sekarang ada di mal pelayanan publik, kantor DPRD, Bekasi Town Square, dan kantor Wali Kota Bekasi. Ada juga di Shopee dan Tokopedia. Harganya bergantung apakah itu batik cap, tulis, atau kombinasi," kata Sri.

Baca Juga: Yayasan Batik Indonesia Cetak Rekor MURI di Hari Batik Nasional 2022

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya